Kalah Debat, Kenapa Dibawa Keluar Arena?

Kalah Debat
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Hajinews.co.id – Dalam acara temu kader Gerindra, di atas podium Prabowo bilang: “etik…etik…etik…ndasmu etik”. Langsung disambut riang gembira oleh para kader.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Bagi orang Jawa, baik Jawa Timur maupun Jawa Tengah, kata “ndasmu” itu punya dua konotasi. Konotasi candaan, dan konotasi umpatan kemarahan. Konotasi candaan, jika itu diungkapkan kepada kawan akrab dalam kelakar. Biasanya sambil ketawa ngakak. Mirip kata “juancuk” di Jawa Timur. Biasa diucapkan untuk candaan kepada teman akrab. Kalau ditujukan kepada orang lain, itu bukan candaan, tapi cacian. Mudah membedakannya

“Ndasmu” dalam pidato Prabowo itu adalah reaksi dari hasil debat capres (12 desember) lalu. Jauh dari arti candaan. Kata “Ndasmu” adalah ekspresi kemarahan Prabowo kepada Anies Baswedan, karena merasa ditelanjangi di acara debat capres. Prabowo sangat kecewa, karena Anies Baswedan, sosok yang pernah diusung di pilgub DKI Jakarta dan digadang-gadang menjadi cawapresnya, justru tampil sebagai riwal di pilpres. Lebih marah lagi, ketika dalam debat capres, Anies dianggap memojokkan Prabowo dengan sejumlah pertanyaan.

Kalau mau fair, sebenarnya Prabowo juga menyerang dan memojokkan Anies dengan bertanya soal polusi udara DKI. Apalagi, beberapa kali Prabowo juga ungkit pilgub DKI dimana Prabowo yang mengusung Anies. Any way, bukankah saling serang dan saling mematahkan argumentasi dalam debat, itu hal biasa? Itu adalah sesuatu yang natural di arena debat. Mestinya, tidak ada yang merasa diserang dan dipojokkan. Kalau ada capres, siapapun itu, merasa dipojokkan dan diserang oleh lawan debat, ini menunjukkan bahwa ia belum dewasa dalam demokrasi. Apalagi, kalau kemudian membawa materi debat ke luar arena. Ini menunjukkan secara mental ia memang tidak siap.

Blunder ! Secara politik, ini blunder. Kata “ndasmu” itu kata-kata sangat kasar. Di kepala masyarakat Jawa, itu kasar sekali. Sangat tidak pantas untuk diungkapkan. Apalagi yang mengungkapkan adalah calon presiden. Calon pemimpin bangsa.

Pidato Prabowo terkait dengan kata “Ndasmu” menunjukkan dua hal. Pertama, Prabowo membawa materi debat ke luar arena. Adu argumen, mestinya selesai di ruang debat. Kecuali jika ada media yang nanya. Itupun harus dijawab dengan diplomatis. Tidak dijadikan kesempatan untuk menyerang balik lawan debat di luar arena. Mestinya, tahan dulu. Tunggu jadual debat berikutnya. Masih ada beberapa jadual debat lagi. Di situ, Prabowo bisa mempersiapkan diri lebih matang.

Bayangkan ketika seorang petinju bernama Wilder kalah dengan Tyson Fury. Dua pertandingan KO. lalu ngajak ribut di luar arena tinju. Kan gak asik. Dunia tinju akan gaduh. Jika itu terjadi, maka tidak ada lagi sportifitas dalam dunia tinju.

Mike Tyson dikenal preman dan emosional. Ketika ia kalah dari holyfield, Lennox Lewis dan James Buster Douglas. Mike Tyson mengakui dan tidak menyerang balik di luar arena. Ini sportifitas. Dalam pertandingan, tidak hanya tinju, mesti sportif. Pertandingan apapun, ada arenanya. Tidak liar bermain di luar arena.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *