Ponpes Lirboyo Nyatakan Dukungan untuk Anies-Muhaimin, Pasangan AMIN Makin Kuat

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id — Keluarga besar Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, melalui dua pengasuh utama KH Muhammad Anwar Mansyur yang juga adalah Ketua Syuriah PWNU Jawa Timur dan KH Abdullah Kafabihi Mahrus secara terbuka menyampaikan dukungan kepada Capres Anies Baswedan dan Cawapres Gus Muhaimin Iskandar (AMIN).

Para ulama di Ponpes Lirboyo menginstruksikan seluruh jaringan alumni Lirboyo untuk memenangkan AMIN.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dukungan ini dideklarasikan melalui forum silaturahim keluarga dan dzurriyah, kiai, ibu nyai, gawagis serta nawaning Pondok Pesantren Lirboyo, di Ruang Lobi Aula Muktamar Pondok Pesatren Lirboyo, Kediri, Sabtu (16/12/2023).

“Mari bersama-sama membulatkan tekad memenangkan Muhaimin Iskandar, AMIN,” ujar pengasuh utama Ponpes Lirboyo KH Anwar Mansyur yang juga adalah Ketua Syuriah PWNU Jawa Timur.

“Kalau kita ini bersatu insya Allah akan mempermudah. Warga Nahdlatul Ulama itu banyak, kalau bersama-sama insya Allah menang,” ucapnya.

“Semoga Muhaimin akan selalu dibersamai oleh Allah SWT untuk menjadi wapres. Itu yang paling penting ya. Mari bismillah. Taqwa kita jaga,” imbuhnya.

Senada KH Abdullah Kafabihi Mahrus menyerukan dukungan dari semua warga nahdliyin untuk AMIN.

“Kiai-kiai, gus-gus, kompak dukung PKB, sebelumnya belum pernah ada. Terakhir ini, kepada pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, gus-gus, putra kiai Abdul Karim, dan para bu nyai sekarang berkumpul untuk mendukung PKB dan mendukung Anies-Muhaimin atau AMIN,” ucapnya.

“Mudah-mudahan diridhoi oleh Allah dan menang. Amin ya robbal alamin,” imbuh KH. Kafabihi.

Juru bicara pasangan AMIN di Jatim Fauzan Fuadi mengungkapkan dukungan dan doa dari Lirboyo, seperti yang didawuhkan oleh Romo Kiai Anwar Mansyur dan Romo Kiai Kafabihi, tentu menjadi booster bagi pemenangan AMIN.

“Beliau-beliau adalah ulama terkemuka pengasuh pondok pesantren di Jatim yang jumlah santrinya mencapai jutaan dan tersebar di seantero nusantara,” pungkas Fauzan.

Lirboyo adalah nama sebuah desa yang digunakan oleh KH Abdul Karim sebagai nama pondok pesantren dan terletak di barat Sungai Brantas, di lembah gunung Willis, Kota Kediri.

Pondok Pesantren Lirboyo berlokasi di Desa Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur.

Pondok Pesantren Lirboyo berkembang menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.

Bahkan santri-santri Pondok Pesantren Lirboyo ikut berjuang di medan perang, salah satunya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.

KH Abdul Karim adalah pencetus nama dan pendiri Pondok Pesantren Lirboyo.

Ia lahir pada tahun 1856 M di desa Diyangan, Kawedanan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah.

Abdul Karim adalah putra dari pasangan Kiai Abdur Rahim dan Nyai Salamah.

Abdul Karim sudah mempelajari ilmu agama sejak usia 14 tahun.

Kemudian, pada usia 40 tahun, Abdul Karim menikah dengan Siti Khodijah binti KH Sholeh atau Nyai Dlomroh.

Lalu, pada tahun 1910 M, KH Abdul karim hijrah bersama istri tercinta hijrah ke tempat sebuah desa yang bernama Lirboyo.

Kemudian, Abdul Karim memakai nama Lirboyo untuk pondok pesantren.

KH Abdul Karim meninggal dunia pada tahun 1954. Ia dimakamkan di belakang masjid Lirboyo.

Sebelum menetap di Desa Lirboyo, KH Abdul Karim mengajar di Pondok Pesantren Tebuireng asuhan KH M Hasyim Asy’ari yang juga menjadi teman sebaya ketika berguru di Syaikhona Kholil Bangkalan, lalu KH Abdul Karim menikah dengan Nyai Khodijah binti KH. Sholeh dari Banjarmlati, Kediri.

Sejak pernikahan itulah KH Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo.

Berpindahnya KH Abdul Karim dari Tebuireng ke Desa Lirboyo disebabkan oleh adanya dorongan dari mertuanya (KH Sholeh) dengan harapan agar syi’ar dan dakwah Islam menjadi lebih luas.

Kemudian atas keinginan dan inisiatif dari KH Abdul Karim, dengan didukung oleh mertuanya, maka KH Abdul Karim mendirikan sebuah pondok untuk mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam kepada siapapun yang ingin mencari ilmu.

Santri pertamanya bernama Umar dari Madiun, lalu Yusuf, Sahil, dan Somad dari Magelang, dan Syamsudin dari Gurah, Kediri.

Perpindahan KH Abdul Karim ke desa Lirboyo dilatarbelakangi, dorongan dari mertuanya sendiri yang pada waktu itu menjadi seorang da’i, karena Kyai Sholeh berharap dengan menetapnya KH Abdul Karim di Lirboyo, maka syiar Islam lebih luas.

Disamping itu, juga atas permohonan kepala desa Lirboyo kepada Kyai Sholeh agar berkenan menempatkan salah satu menantunya di desa Lirboyo.

Dengan hal ini diharapkan Lirboyo yang semula angker dan rawan kejahatan menjadi sebuah desa yang aman dan tenteram.

Harapan kepala desa menjadi kenyataan.

Konon ketika pertama kali kyai Abdul Karim menetap di Lirboyo, tanah tersebut diadzani, saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang lari tunggang langgang menyelamatkan diri.

Setelah 35 hari menempati tanah waqaf tersebut, KH Abdul Karim mendirikan surau mungil nan sederhana untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Jumlah santri Lirboyo pada periode tahun 2022-2023 mencapai 39.534 santri.

Jumlah ini mengalami peningkatan yang pada periode sebelumnya tahun 2021-2022 sejumlah 38.518 santri.

sumber

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *