Humor Gus Dur: Kecopetan CD Musik

Gus Dur
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id – Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sangat menyukai musik klasik.

Ada cerita menarik tentang penyewaan rekaman CD musik dalam buku ‘Gus Durku, Gus Dur Anda, Gus Dur Kita’ karya Muhammad AS Hikam.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Suatu ketika Gus Dur yang pura-pura mengantuk bertanya kepada adiknya, KH Hasim Wahid (Gus Im) tentang CD Friday Night in San Francisco: Live Concert

Gus Dur mengungkapkan maksudnya ingin meminjam selama beberapa bulan. Lantas Gus Im memberikan persetujuannya dengan syarat bahwa dia masih bisa menikmati CD tersebut jika Gus Dur lupa mengembalikannya.

“Boleh saya pinjam beberapa bulan?” tanya Gus Dur kepada adik kandungnya itu.

Gus Im memperbolehkannya. Namun ia mengantisipasi jika CD itu tidak dikembalikan, ia tetap bisa menikmatinya.

Bagi Gus Im, tindakan antisipatif ini merupakan bagian penting dari upaya bertahan hidup. Oleh karena itu, dia membuat salinan CD musik yang menurutnya sangat monumental.

Dengan berpura-pura semakin mengantuk, Gus Dur berkata dengan lembut, “Wah, Im, saya kecopetan lagi.” Gus Im memahami bahwa kecopetan bagi Gus Dur berarti kehilangan dua mahakarya musik klasik favoritnya, Simfoni No. 9 Beethoven dan Simfoni No. 40 Mozart. Gus Dur selalu merasa sangat kesal jika dua koleksinya itu tidak ada.

Gus Dur tahu betul bahwa di lingkungan sekitarnya, hanya Gus Im yang sangat menyukai Simfoni No. 9 karya Beethoven dan Eine Kleine Nachtmusik karya Mozart. Dan tak disangka, Gus Im pula yang cukup berani mencopet keduanya.

Gus Dur tampaknya ingin membalas dendam atas kehilangan dua koleksinya dengan meminjam langsung CD Friday Night in San Francisco: Live Concert. Gus Im akhirnya harus merelakan CD konser gitar akustik tersebut, dan Gus Dur berhasil membalas dendam dengan sukses.

Namun, menurut Gus Im, Gus Dur meminjam CD tersebut tanpa berniat mengembalikannya. Itu adalah bentuk pembalasan atas tindakan “mencopet” dua CD musik klasik miliknya.

“Dan atas nama Ketua Umum PBNU, CD Friday Night in San Fransisco: Live Concert, hasil titipan kepada AS Hikam tersebut, pun disita Gus Dur,” ungkap Gus Im.

CD Friday Night in San Francisco: Live Concert diperoleh Gus Im melalui AS Hikam, seorang Nahdliyin asal Tuban yang menyelesaikan studi doktor di bidang ilmu politik di Universitas Hawaii, Honolulu.

Pertemuan mereka membahas bukan hanya disertasi, melainkan juga musik, termasuk Friday Night in San Francisco: Live Concert. AS Hikam menjadi saksi hubungan antara musik dan politik dalam diskusi tersebut. Gus Im mengenang, “Yang main tiga maestro gitar yaitu Paco de Lucia, Al di Meola, dan John MacLaughlin,” ungkap Gus Im pada pertemuan itu.

“Paco de Lucia itu kan gitaris Flamenco kontemporer?Tekniknya nyaris tak bercacat dan dia mampu menangkap gelora musik fFlemenco. Yang dua orang lagi siapa?” tanya Gus Dur.

“Al Di Meola, maestro gitar jazz. Dia mampu main dengan gemuruh jiwa musik jazz maupun dengan kebeningan suara hati. John McLaughlin, awalnya maestro gitar rock, kemudian mengembara ke dunia jazz dan musik spiritual India, sehingga bentuk musiknya jadi lebih kaya,” jelas Gus Im.

“Musik fusion seperti itu bisa membantu memahami praksis politik Indonesia yang juga berupa fusion. Bedanya politik Indonesia adalah fusion aliran, partai politik oposisi seolah-olah, dan macam-macam teori pembangunan yang wujud akhirnya jadi aneh dan sulit dimengerti, apalagi dinikmati,” komentar Gus Dur.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *