Pengasuh Pesantren Salafiyah Seblak Jombang, A Halim Mahfudz: NU, Indonesia, ‘Prodrome’ Krisis

NU dan Indonesia ‘Prodrome’ Krisis
A Halim Mahfudz
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idNegara ini akan memilih presiden dan wakil presiden baru, serta anggota legislatif baru di semua tingkatan, melalui pemilihan umum 2024.

Seluruh warga negara, termasuk NU sebagai organisasi dan seluruh anggota nahdliyin, berpartisipasi langsung dalam pesta politik tersebut.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

NU dan nahdliyin hendaknya terlibat langsung dan berperan aktif, karena NU mempunyai sejarah dan komitmen pengabdian yang panjang bahkan sebelum kemerdekaan.

NU adalah organisasi besar. Karena banyaknya umat, NU sebagai organisasi belum mampu menampung dan menyelenggarakan acara nahdliyin secara masif dan komprehensif.

Di pusat ada 148 orang pengurus, terdiri dari Mustasyar atau Dewan Penasehat dengan 34 anggota, Syuriah atau dewan pengarah dengan 29 anggota, Katib Aam atau kesekretariatan (29), A’wan atau pembantu (18), Tanfidziyah/pelaksana (32), kesekjenan (22), dan Bendahara (13). Bagi jutaan warga yang suka tahlil, menghayati dziba dan manakib, entah mereka punya kartu tanda anggota NU atapun tidak, ketika ada tetangga yang meninggal, maka sudah jamak mereka hadir untuk tahlil tanpa menunggu ‘undangan berlaku bagi warga NU. Mereka menjadi ‘jamaah’ mengikuti cara ibadah NU.

Di tingkat pengelompokan organisasi, nahdliyin tidak bisa ditampung ‘hanya’ di badan resmi seperti PBNU, PWNU atau PCNU.

Di luar badan otonom maupun lajnah, di sana masih banyak kelompok-kelompok yang bermunculan karena berbagai alasan dan tujuan. Ada NU Garis Lurus, NU Garus Lucu, Gus Durian dan seterusnya.

Dan inilah, apa pun yang berlangsung terkait dengan NU pasti memancing ingin tahu publik.

Sebagai organisasi kemasyarakat terbesar, NU akan menjadi patokan bersikap dan orientasi terutama sosial keagamaan dan politik.

Apakah NU juga menjadi rujukan pilihan politik warga? Banyak yang terjebak, karena jumlah anggota yang ratusan juta, maka apa pun yang dianut warga NU, dianggap pilihan pas karena dianggap diikuti jamaah besar.

Dan bagi partai politik, afiliasi, timses ataupun kelompok pendukung yang berburu suara, mereka harus mengincar para vote getter baik tradisional, pesantren, kiai ataupun penceramah kondang atau penceramah mengondangkan diri untuk menyampaikan janji dan mungkin fasilitas.

Dan di Pemilu kali ini, sudah tertangkap berita pemanfaat pemanis berupa uang yang kasat mata dibagikan kepada rakyat agar menjadi pendukung dengan pembenaran apapun.

Semangat Mbah Hasyim

NU sejak berdiri dulu, Mbah Hasyim sangat peduli menjaga persatuan.

Mbah Hasyim berpesan dalam Muqaddimah Qonun Asasi; “Sesungguhnya, sikap sosial, saling tolong-menolong, menjaga persatuan, kasih sayang dengan sesama adalah fakta yang tiada seorang pun tidak mengetahui manfaatnya. Bagaimana mau menolak, bahkan Rasulullah SAW pun pernah bersabda: “Kuasa Allah bersama jamaah (persatuan). Maka dari itu, berpisah dari jamaah (persatuan), merupakan pintu masuk bagi setan-setan untuk memangsanya sebagaimana serigala yang memangsa kambing yang terpisah dari rombongannya.”

NU punya Qonun Asasi atau aturan dasar. Qonun Asasi yang dibuat oleh pendiri Nahdlatul Ulama, Rais Akbar KH M Hasyim Asy’ari, mengandung tuntunan bagaimana warga NU harus bersatu dan bersikap setiap menghadapi berbagai masalah dan cobaan.

Secara substantif, pola pikir dan pola sikap dan perilaku warga NU harusnya senantiasa berpedoman kepada Qonun Asasi.

Di jaman ini, Qonun Asasi lebih sering dibacakan dan dislogankan pada setiap NU menggelar peringatan hari kelahirannya. Implementasinya masih tanda tanya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *