“Desak Anies”, Demokrasi Deliberatif, dan Kecemasan para Tersandera 

Desak Anies
Desak Anies
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Model kampanye “Desak Anies” relevan dengan gagasan demokrasi deliberatif yang dipromosikan Habermas. Dalam “Desak Anies” publik yang hadir dipersilahkan mengajukan pertanyaan, gagasan, dan aspirasi secara random. Tanpa rekayasa, tanpa skenario, kecuali menyangkut urusan teknis pertemuannya saja. 

Maka berbagai isu mendesak (urgent), mendesak untuk didengar, difahami, direspon dan disikapi oleh Anies sebagai Capres mengemuka di forum “Desak Anies”. Mulai dari isu-isu populer seperti lapangan kerja, kesehatan mental, toleransi beragama, nepotisme “orang dalam”, hingga ke isu-isu sensitif seperti soal dominasi oligarki di sektor ekonomi nasional dan pembangunan IKN.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pun audiens yang datang, tidak hanya terbatas pada para konstituen atau calon pemilih AMIN. Melainkan dibuka secara luas bagi siapa saja yang berminat hadir. Belakangan para peserta yang hadir bahkan kian meluas ke segmen pemilih yang lebih beragam dari sisi usia. Padahal awalnya, agenda “Desak Anies” ini kabarnya diproyeksikan lebih untuk pemilih milenial dan Gen-Z yang dianggap masih relatif “hijau” dengan isu-isu politik dan demokrasi elektoral.

Kecemasan para Tersandera 

Berbeda dilihat dari perspektif kebutuhan publik yang menghendaki suara-suara jernih mereka didengar, aspirasi di dipertimbangkan, sekaligus ruang artikulasi dibuka lebar. Dalam pandangan para elit pro status quo yang tersandera karena berbagai alasan (ambisi kuasa, nafsu jabatan, atau kasus korupsi) kegiatan “Desak Anies” nampaknya justru menjadi hantu yang memicu kecemasan. 

Mereka, para tersandera itu cemas, “Desak Anies” akan semakin deras mengarus, menciptakan gelombang kesadaran secara masif di antero republik. Kesadaran bahwa situasi kehidupan negara-bangsa memang mendesak untuk segera diubah. Mulai dari model kepemimpinannya, watak dan komitmen para elit politiknya, garis-garis kebijakan serta semua sisi kemerosotan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang diwariskan rezim ini.

Mereka, para tersandera itu cemas, “Desak Anies” semakin menghidupkan gelombang semangat perubahan, yang cepat atau lambat akan menghempaskan mereka dari zona nyaman yang mereka nikmati selama ini. Oleh karenanya dalam pikiran julid para pecundang tersandera itu, “Desak Anies” memang harus terus diganggu. 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *