Adakah yang dinamakan musibah dalam hidup? Jika kita bertafakur lebih mendalam lagi, sebenarnya tidak ada musibah. Yang ada hanyalah perbuatan Allah Ta’ala.
Kita menyebutnya musibah karena mengukurnya dengan keinginan dan pengetahuan diri yang sempit. Padahal, apabila kita merenungi sifat kemahasempurnaan Allah Ta’ala, apa yang kita sebut sebagai musibah, hakikatnya adalah sebuah berkah.
Maka, seseorang yang meyakini bahwa Allah adalah pemilik segala kemuliaan dan kesempurnaan, dia akan menerima setiap ketetapan dari-Nya dengan lapang dada dan baik sangka. Dia yakin bahwa Allah Ta’ala tidak mungkin berbuat zalim kepada hamba-Nya. Apa yang Dia tetapkan adalah yang terbaik (QS Al-Baqarah, 2:216)
Bahkan, apabila kita telusuri lebih jauh, berbaik sangka kepada Allah, terkhusus pada situasi kritis lagi tidak mengenakkan, adalah pangkal dari aneka kebaikan, kunci kebahagiaan, jalan menuju husnul khatimah, dan pembuka beragam keajaiban dalam hidup.
Itulah mengapa, saking penting menjaga prasangka baik kepada Allah, tiga hari menjelang wafatnya, Rasulullah ﷺ berwasiat kepada para sahabat, “Janganlah seorang di antara kalian meninggal kecuali dia (dalam keadaan) berbaik sangka kepada Allah Azza wa Jalla.”
Beliau pun mengajarkan sebuah doa, _”Allâhumma as-alukat taufîqa li mahabbika minal a’mâli wa shidqat tawakkuli ‘alaika wa husnadz dzanni bika.”_
Artinya, “Ya Allah, aku memohon pertolongan kepada-Mu untuk mengerjakan amal-amal yang Engkau cintai. (Aku memohon) kepasrahan yang benar kepada-Mu dan senantiasa berprasangka baik kepada-Mu.”
Sumber: Team Tasdiqul Qur’an