Disway: Ulang Tahun

Ulang Tahun
Tulisan pertama Dahlan Iskan, yang dibuat 9 Februari 2018. Lima tahun Dahlan Iskan tak pernah absen menulis.--
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dahlan Iskan

Hajinews.co.id – Tiba-tiba saya ingat tanggal 9 Februari. Saatnya Disway.id berulang tahun. Lima hari lagi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ulang tahun ke berapa? “Pokoknya Disway.id lahir bertepatan dengan Hari Pers Nasional di Padang,” ujar ordal Disway Joko Intarto (Jto) tadi malam.

Lalu saya tanya Google: itu tahun berapa. Jawabnya: 9 Februari 2018.

Berarti Disway.id akan berulang tahun yang keenam. Tidak terasa sudah enam tahun saya menulis artikel di Diaway.id. Setiap hari. Tanpa absen, pun sehari. Alhamdulillah. Berarti selama enam tahun itu pula saya tidak pernah sakit.

Pernah. Kena Covid-19. Masuk RS selama satu minggu.

Pernah. Sakit perut. Beberapa kali. Mencret-mencret. Sampai badan lemas sekali. Karena termakan makanan yang terlalu pedas. Mungkin karena sudah 17 tahun saya tidak punya organ empedu.

Tapi sakit-sakit itu tidak membuat saya absen menulis. Bahkan dari rumah sakit itu lahir banyak tulisan –dua di antaranya viral luar biasa: soal D-dimer dan level vitamin D. Kalau tidak dirawat di RS saya tidak tahu bahwa D-Dimer saya di atas 2.000 –padahal normalnya maksimal 500.

Saya juga baru tahu bahwa yang terkena Covid itu level vitamin D-nya rendah. Sejak itu saya konsumsi vitamin D 5000iu tiap hari. Level vitamin D saya pun sekitar 60 sekarang ini.

Tapi D-dimer saya tetap saja tinggi: 1.600. Sudah mencoba banyak cara belum berhasil juga.

Waktu sakit perut lebih susah: badan lemes, pikiran sulit konsentrasi. Tapi keharusan menulis hari itu mengalahkan semua itu.

“Apakah tulisan saya di tahun pertama dan di tahun keenam ini masih sama?”

“Berubah,” jawab Jto. “Sekarang lebih banyak variasinya. Pembaca lebih senang,” tambahnya. “Dulu terlalu serius,” katanya lagi.

Selama enam tahun itu rasanya hanya dua atau tiga kali saya sangat frustrasi: sampai ingin sekali berhenti menulis.

Frustrasinya muncul malam hari –mendekati pukul 21.00. Itulah jam deadline saya: sudah harus kirim naskah ke admin.

Dua atau tiga kali itu saya belum menemukan ide tulisan. Padahal sudah mendekati pukul 21.00. Judeg. Buntu. Mondar-mandir. Tetap buntu.

Lalu muncul pertanyaan: kenapa sih harus menulis? Kenapa harus menyiksa diri seperti ini? Apa salahnya sesekali tidak menulis? Siapa sih yang mengharuskan? Kan tidak ada?

Sulitnya lagi saya harus menjaga mutu tulisan. Satu tulisan harus memenuhi kaidah ‘’rukun iman’’ yang saya tentukan. Kalau mudah bersikap menurunkan mutu tulisan itu berbahaya: akan menjadi kebiasaan. Buruk sekali.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *