Melawan Pilpres Satu Putaran

Melawan Pilpres Satu Putaran
Capres 2024
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Saur Hutabarat – Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

There are three kinds of lies: lies, damned lies, and statistics. (George Bernard Shaw)

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.co.id – SEMAKIN dekat hari pemilihan umum, 14 Februari 2024, semakin banyak dan meluas sivitas akademika universitas dari berbagai kota mengkritik Presiden Jokowi. Kritik itu disampaikan terus terang, gamblang, lugas.

Intinya ialah Presiden Jokowi dinilai merusak demokrasi. Pencalonan anaknya, Gibran, sebagai cawapres, melalui perubahan Undang-Undang Pemilu oleh MK, adalah bukti terkuat awal rusaknya demokrasi. Orang-orang terpelajar itu mengajak rakyat menggunakan hak pilih sesuai hati nurani. Bukan atas dasar politik uang, bansos, atau intimidasi.

Seruan keadaban publik orang-orang terpelajar itu kian memperkuat keyakinan banyak kalangan, termasuk saya, akan terwujudnya pilpres dua putaran. Dalam perspektif ini kiranya publik perlu dan penting diajak mewaspadai masifnya gerakan pembentukan opini pilpres satu putaran.

‘Konstruksi’ opini publik pilpres satu putaran dilakukan sedikitnya dengan dua cara terbuka. Pertama, menggunakan baliho. Kedua, melalui survei.

Dalam hal menggunakan baliho, bintangnya ialah kakak atau adik, Gibran atau Kaesang. Tatkala Gibran yang jadi bintang baliho, cukup terpasang gambar dirinya sebagai cawapres, disertai lambang dua jari dan tulisan ‘Satu Putaran Sudah Dekat’.

Tatkala Kaesang yang jadi bintang baliho, tampil gambar dirinya, tulisan ‘Coblos Gibran Satu Putaran’, serta dua statement pokok: PSI partai Jokowi; Kaesang Ketua Umum PSI. Tanpa dua statement pokok itu, siapakah gerangan Kaesang itu?

Demikianlah, bukan Prabowo bintangnya, tapi dua anak Jokowi. Konstruksi ini masuk akal. Kenapa? Prabowo tiga kali ikut pilpres. Sekali sebagai cawapres. Dua kali sebagai capres. Semuanya kalah. Berbasiskan kenyataan ini, masuk akal kendati Prabowo sang capres, bukan dirinya yang dijadikan sosok utama dalam ‘jualan’ konstruksi pilpres satu putaran. Gibran dan Kaesang yang dijual, tepatnya yang jualan, nebeng ayahnya.

Apakah jualan pilpres satu putaran ini laku? Gibran sebagai cawapres tak punya hal ihwal menonjol yang merupakan reputasi dirinya. Terlebih lagi Kaesang. Apakah Jokowi masih laku? Ini pertanyaan bagus, tapi jawabannya jelek. Semakin banyak sivitas akademika universitas tak lagi memercayai Jokowi.

Bagaimana dengan suara rakyat di pinggir jalan? Ada pemandangan rakyat mengekspresikan pilihannya berbeda dengan Jokowi. Suatu hari rombongan mobil Presiden Jokowi lewat. Warga di pinggir jalan menyuarakan paslon no 3. Pada hari lain, di lain tempat, warga menyuarakan paslon no 1.

Konstruksi opini pilpres satu putaran juga dilakukan melalui survei. Inilah survei menghasilkan ‘temuan’, elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran tembus 50%. Temuan yang tak saya percayai ini dibungkus dengan bahasa statistik, ‘tren kenaikan’.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *