Pengamat Politik Eep Saefulloh Fatah: Belajar dari Pilkada DKI, yang Jadi Runner Up Pilpres Menang di Putaran 2

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id – Narasi pilpres satu putaran dan dua putaran masih terus jadi polemik. Prabowo-Gibran masih yakin Pilpres 2024 hanya berjalan satu putaran dengan kemenangan di tangannya, sedangkan dua pasangan lainnya menilai pilpres putaran kedua masih sangat terbuka kemungkinannya.

Founder dan CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah mengatakan, bila pilpres masuk putaran kedua, bukan tidak mungkin calon yang sebelumnya berada di urutan kedua justru jadi pemenang. Contohnya ada di dua Pilkada DKI Jakarta, yakni 2012 dan 2017.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“2012 itu 2 putaran, tapi Pak Jokowi sudah nomor 1 di bawah Pak Fauzi Bowo sekalipun tipis. Sebaliknya, [tahun 2017] Pak Ahok nomor 1, Mas Anies nomor 2, kemudian nomor 2 yang jadi pemenang,” tutur Eep dalam talkshow Info A1 kumparan, Selasa (6/2).

Ada banyak hal yang bisa terjadi di putaran kedua. Bagi Eep, sebagian pihak yang terus memaksakan satu putaran justru malah terjebak di dua putaran.

Salah satu yang mungkin dikhawatirkan, yakni soal kecurangan yang terjadi di putaran kedua, lalu terbongkar dan bisa diantisipasi di putaran kedua.

“Kita hitung berapa banyak DPTB, di Jakarta saja 2017, 249 ribu lebih. Dan itu terkonsentrasi di 1.874 TPS. Bagaimana kita tahu data itu karena putaran satu sudah lewat dan data ada di kita,” jelas Eep yang pernah menjadi konsultan politik bagi Jokowi dan Anies ini.

“Data ini ada, nih, nanti di 01 dan 03. Jangan bayangkan mereka lemah dari sisi pengamanan. 01 punya PKS, di 03 punya PDIP. Di 13 kab/kota Sumut tidak ada PKS, tapi di situ ngumpul PDIP. Di sejumlah kab/kota di Sumbar tidak ada PDIP, jangan lupa di situ ada PKS,” tambah dia.

Laporan kecurangan itu akan masuk lewat hotline pengaduan yang dibuat tim pasangan 01 dan 03. Dari situ akan muncul data di TPS mana saja yang terjadi kecurangan, khususnya di daerah Jabar, Jateng, dan Jatim, yang jadi suara terbesar.

“Itu untuk jadi fokus kerja di putaran kedua karena kecurangan di putaran satu,” kata Eep.

Timses hanya butuh waktu satu minggu setelah pemilu atau 21 Februari 2024 untuk mendapatkan data-data kecurangan termasuk siapa yang menang lewat quick real count dari sejumlah lembaga survei. Dengan begitu, bila berlanjut ke putaran kedua, pertarungan masih panjang karena pencoblosan baru akan dilakukan pada 26 Juni 2024.

“Bukan takut terbongkar, tapi dilakukan sesuatu oleh 01 dan 03,” kata Eep.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *