Ketika Nabi Musa Menangis Sedih Bertemu Nabi Muhammad saat Isra Mikraj

Nabi Musa Menangis Bertemu Nabi Muhammad
Isra Mikraj
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id – Pertemuan Nabi SAW terjadi setelah Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan malam dari Masjidil Haram menuju Baitul-Maqdis, dan mengendarai kendaraan surgawi Buroq. Nabi Muhammad SAW diajak untuk melanjutkan Mikraj dengan ditemani malaikat Jibril.

Mikraj adalah perjalanan malam dari Baitul Maqdis menuju langit dunia untuk bertemu Allah SWT.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Muhammad Abror, Mahasantri Mahad Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta yang  juga alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon menuturkan, terdapat tujuh lapis langit yang dilalui Nabi. Setiap langit terdapat nabi-nabi terdahulu.

Langit pertama, beliau bertemu Nabi Adam, langit kedua bertemu Nabi Yahya bin Zakaria dan Nabi Isa bin Maryam, langit ketiga bertemu Nabi Yusuf, langit keempat bertemu Nabi Idris, langit kelima bertemu Nabi Harun bin Imran, langit keenam bertemu Nabi Musa bin Imran, dan langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim.

Setiap Nabi yang dijumpai, Nabi Muhammad SAW mengucapkan salam, lalu mereka menjawab dan mengakui kenabian Muhammad SAW. (Safyurrahman al-Mubarakfuri, Rahiq al-Makhtum, hlm. 129-130)

Tapi ada yang aneh. Nabi Muhammad SAW sempat terhenti saat berjumpa dengan Nabi Musa. Ketika hendak melanjutkan perjalanan ke langit ketujuh, Nabi Musa tiba-tiba menangis. “Apa yang membuatmu menangis?” tanya Nabi Muhammad kepada Nabi Musa bin Imran, nabi dari bangsa Israil.

“Aku menangis, karena ada orang yang lebih muda diutus setelahku, tapi umatnya lebih banyak yang masuk surga daripada umatku,” jawab Musa menyesal.

Musa menangis karena merasa sedih, jumlah umatnya lebih sedikit dari umat Nabi Muhammad SAW dan kemuliaan umatnya juga dikalahkan oleh umat Nabi Muhammad SAW yang lebih muda darinya. Padahal, masa umat Nabi Musa jauh lebih lama dibanding masa umat Nabi Muhammad SAW.

“Musa menangis karena merasa sedih atas umatnya. Jumlahnya lebih sedikit dibanding umat Muhammad dan keutamaannya kalah dengan umat Muhammad,” (Syekh Badruddin Ahmad al-Aini, dalam Umdtaul Qari).

Penyesalan Nabi Musa kepada Bani Israil

Sikap Nabi Musa demikian bukanlah karena rasa iri (hasud) dengan Nabi Muhammad SAW. Melainkan karena merasa menyesal. Mengapa dulu umatnya banyak melanggar perintah Allah, sehingga mempengaruhi derajat kedudukannya di sisi Tuhannya.

Ketaatan suatu umat merupakan prestasi seorang Nabi. Semakin tinggi tingkat ketaatannya, semakin tinggi pula derajat Nabi yang membimbingnya di sisi Allah. Sebaliknya, semakin umatnya sering melanggar perintah Allah, derajat Nabinya pun tidak setinggi Nabi yang berprestasi menuntun umat ke jalan ketaatan lebih gemilang.

Musa merasa sangat menyesal. Ia telah dikaruniai usia yang panjang melebihi usia Muhammad. Begitu pun umatnya lebih panjang usianya dibanding usia umat Muhammad. Tapi Musa gagal membina umatnya. Umatnya kalah banyak dibanding umat Muhammad. Sudah kalah banyak, kalah taat pula.

“Dikatakan bahwa, Musa menangis bukan karena hasud. Na’uzdu billah! Di alam itu tidak ada lagi sifat hasud bagi tiap-tiap orang Mukmin, terlebih hamba pilihan Allah. Musa hanya merasa menyesal karena tidak bisa meraih pahala yang seharusnya bisa mengangkat derajatnya di sisi Allah Swt. Banyaknya kesalahan yang diperbuat umatnya, mengakibatkan Musa tidak bisa meraih pahala itu. Kedudukan setiap Nabi di sisi Allah dipengaruhi oleh pahala umat yang mengikutinya. Dalam kenyataannya, jumlah umat Nabi Musa kalah banyak dengan jumlah umat Nabi Muhammad SAW, padahal masa umat Nabi Musa jauh lebih panjang dibanding masa umat Nabi Muhammad Saw.” (Syekh Badruddin Ahmad al-Aini, dalam Umdtaul Qari).

Salah satu keistimewaan yang Allah berikan kepada nabi-nabinya adalah besarnya rasa kasih sayang yang dimiliki setiap nabi-Nya. Jadi, di samping Musa merasa kurang berhasil dengan pencapaiannya, juga karena rasa sayang pada umatnya. Mengapa tidak bisa membimbing mereka lebih maksimal.

Syekh Musa Lasyin, dengan mengutip ucapan Ibnu Abi Jamrah mengatakan, sesungguhnya Allah telah menjadikan rasa welas asih (rahmah) pada hati nabi-nabi-Nya, melebihi yang Ia berikan kepada hamba selain mereka. Oleh karena itu, Musa menangis karena rasa sayang terhadap umatnya. Hal itu seperti termaktub dalam Fathul Mun’im Syarah Shahih Muslim.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *