Banyak Media Asing Yang Menyoroti Film Dirty Vote di Pilpres Indonesia, Mengapa?

Film Dirty Vote
Film Dirty Vote
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



“Menuai reaksi keras, dan tim kandidat terdepan, Prabowo Subianto, menyebutnya sebagai fitnah dan narasi kebencian,” tulisnya di artikel yang berujudul “Documentary on Indonesian elections ‘slanderous’, says Prabowo’s campaign team”.

Dirty Vote, sebuah film dokumenter berdurasi dua jam yang diunggah ke YouTube pada 11 Februari, memperoleh lebih dari tiga juta penayangan dalam waktu kurang dari 24 jam. Laporan ini menampilkan pakar hukum yang menuduh bahwa kecurangan telah mendominasi proses pemilu,” tambahnya lagi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Mereka juga menuduh pihak berwenang tidak bersikap adil dan memihak kepada Prabowo dan pasangannya Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo,” muat media itu.

Dalam artikel sama, Strait Times juga memuat reaksi ketiga capres menyikapi beredarnya Dirty Vote di masyarakat. Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Habiburokhman, menilai bahwa film itu tidak mencerminkan kebenaran.

“Kami sekarang fokus menjaga perdamaian proses pemungutan suara,” katanya.

Todung Mulya Lubis, wakil ketua bidang hukum tim kampanye Ganjar, mengatakan pada konferensi pers bahwa ia tidak setuju dengan anggapan bahwa film tersebut bersifat fitnah. Ia menambahkan bahwa film tersebut justru merupakan “pendidikan politik yang baik”.

“Saya berharap masyarakat tidak bereaksi berlebihan terhadap film tersebut, dan menghindari melaporkannya ke polisi, karena takut akan memicu ketegangan, yang tidak sehat bagi kita sebagai sebuah bangsa,” paparnya.

Sementara itu, digambarkan pula bagaimana pasangan Anies, mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, membagikan tautan film dokumenter tersebut di akun X-nya. Unggahannya “Sudahkah Anda menonton ini?” juga dimuat media tersebut.

Strait Times pula memaparkan bagaimana pembuat film Dandhy Laksono sebelumnya juga pernah membuat film lain, dokumenter Sexy Killers 2019 yang mengkritik pemerintah. Film Dandy sebelumnya, tulis media itu, menyorot adanya kolusi antara lembaga politik dan industri pertambangan batu bara.

Di sisi lain, media Reuters, menuliskan bagaimana demonstrasi muncul pasca rilisnya film ini. Permintaan agar semua pihak netral dimuat di artikel tersebut.

Sumber: cnbc

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *