Disway: Angka Digital

Angka Digital
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Di Riyadh, ketika SK KPPS diterima sudah berikut ”siapa bertugas jadi apa”.

Dhina bertugas sebagai juru foto dan unggah foto. Untuk penulis angkanya disepakati: Bu Ummah. Dia seorang guru. Tulisannya rapi dan baik.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Bagaimana kalau menuliskannya salah? Bisa di tipe-ex. Lalu diulangi. Yang seperti itu sering terjadi. Baik karena salah angka maupun salah bentuk. Semua disaksikan oleh anggota KPPS maupun saksi-saksi dari partai dan pengawas Pemilu.

Setelah pengisian lembaran rekap itu selesai para saksi memeriksa. Dicocokkan dengan hasil penghitungan suara. Kalau ada kesalahan diubah. Kalau sudah pas semua membubuhkan tanda tangan.

Begitu semua saksi tanda tangan, itulah momentum yang paling membahagiakan anggota KPPS. Ada yang tepuk tangan. Satu tahap penghitungan selesai. Tinggal juru foto sekaligus upload yang belum selesai bertugas.

Di dalam negeri, itu baru kebahagiaan tahap satu. Masih ada proses penghitungan suara kotak satunya lagi. Di luar negeri hanya ada satu kotak suara: untuk Pilpres. Di dalam negeri masih ada tiga kotak lagi. Tiga? Empat! Masih ada empat kotak lagi: DPRD kab/kota, DPRD provinsi, DPR, dan DPD.

Masuk perekapan kotak kedua hari sudah senja. Sudah mulai gelap. Apalagi kotak ketiga dan keempat.

Itu tantangan tersendiri bagi petugas foto seperti Dhina: pencahayaan.

Dhina tidak menemukan kesulitan. TPS-nyi di sebuah gedung yang penerangannya cukup.

Di Riyadh TPS-nya di luar gedung. Sampai perlu bantuan lampu sorot dari kedutaan.

Cara motretnya yang beda-beda. Ada yang lembaran rekap itu ditempel didinding: lalu difoto. Itu dilakukan di Riyadh.

Ada juga yang memilih kertas lembaran itu dihampar di lantai. Lalu difoto dari atas. Itulah yang dilakukan Dhina di Mojokerto.

Pemotretan itu perlu latihan karena bukan potret biasa. Foto itu akan diunggah ke sirekap.

Dhina harus membuka dulu aplikasi sirekap dari KPU. Ada barcode-nya. Ada pilihan di situ: unggah foto.

Muncullah di layar HP: objek yang akan difoto. Objek itu harus masuk sempurna ke dalam kotak yang disediakan.

Kalau objek belum dalam posisi yang tepat belum bisa diunggah. Kalau objek sudah pas, akan ada tanda hijau di sekitar objek. Itulah saatnya Dhina mengunggah ke server KPU. Lalu ada penanda apakah foto sudah terbaca atau belum. Juga apakah perlu ada pengulangan.

Upload-nya itu yang kadang lama. Penanda di layar HP muter-muter lama. Seperti servernya penuh atau antre. Sampai tiga atau lima menit.

Apakah sistem sirekap perlu dilanjutkan di Pemilu depan?

Menurut Dhina perlu. Tinggal menyempurnakan. Inilah cara tercepat untuk jumlah TPS yang begitu banyak dan menyebar di wilayah yang begitu luas.

Keunggulannya: angka-angka di foto tidak bisa diedit oleh yang mau curang.

Saya tidak tahu: mengapa bukan pakai scan. Setahu saya scan lebih sempurna dari foto. Bukankah di semua HP juga ada fasilitas scan? Apakah hasil scan bisa diedit? Saya awam soal ini. Mungkin perusuh seperti Sabarikhlas yang tahu.

Angka 8 adalah angka mimpi saya. Mimpi yang sulit terwujud.  Teman sekelas saya sering dapat angka 8 di ulangan. Dipamer-pamerkan. Ditempelkan di pipinya. Saya hanya bisa iri.

Angka delapan ternyata banyak persoalan. Di mata OCR: nilainya bisa hanya nol. (Dahlan Iskan)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *