Hisab Numerik-Matematis Itu Hanyalah Sekedar Hipotesis

Hisab Numerik-Matematis
A. Hanief Saha Ghafur
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



By A. Hanief Saha Ghafur – Sekolah Kajian Stratejik & Global (SKSG), Universitas Indonesia

Hajinews.co.id – Semua komunitas muslim yg menggunakan rukyat dipastikan dalam kalender mereka tetap menggunakan hitungan hisab. Namun mereka yg menggunakan hisab belum tentu & tidak serta-merta mereka menggunakan rukyat. Mengapa ? Mereka merasa sudah cukup puas dengan hitungan “hisab numeric mathematics”. Walaupun secara tersurat Qur’an & Hadist Nabi SAW menyebut untuk melakukan keduanya, yaitu hisab & rukyat.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Bagaimana perspektif ilmu pengetahuan memahami kedua fenomena hisab & rukyat dalam menetapkan presisi & ketepatan derajat suatu obyek, yaitu bulan. Sejatinya menurut kaidah ilmu & metodologi riset. Penggunaan instrumen hisab (hitungan numerik- matematis) untuk menetapkan awal Ramadlan adalah tidak cukup kuat, bila tanpa pengamatan & verifikasi faktual (rukyat). Hitungan numerik matematis saja tidak cukup untuk sampai pada derajat kebenaran. Belum kongklusif dan masih bisa salah, meleset dari presisi dan ketepatannya. Bahkan bisa sesat & menyesatkan. Mengapa ? Sebab hisab berdasarkan hitungan matematis itu hanyalah sekedar hipotesis yang masih perlu diuji dengan pengamatan dan diverifikasi kebenarannya di lapangan (rukyat).

Hisab matematis itu alat yang digunakan (instrumental for used) untuk menalar-logiskan presisi & ketepatan sesuatu obyek. Obyek benda alam (berupa bulan) yg kehidupannya memiliki hukum keteraturannya sendiri yg bersifat nomotetis (قدر فهدى / urbi materia ibi geometria) yang berbeda & bisa lepas dari alat matematika yg menjadi instrumen penghitungnya. Sejatinya obyek inilah yang dicari presisi dan ketepatannya. Jadi Kebenaran yang sesungguhnya harus berupa hasil korelasi positif antara keduanya (instrumen hisab yang tepat dan obyek empirik derajat bulan yg benar). Selain itu hisab matematis saja, tanpa pengamatan & verifikasi empirik (rukyat) tidak dapat dianggap memenuhi asas berfikir ilmiah yang bersifat siklis, yaitu “deducto hypotetico verificative.”

Sejatinya ilmu hisab numerik-matematis (baik matematika analitik maupun matematika logis) itu termasuk katagori ilmu abstrak. Puncak tertinggi dari hitungan matematis hanyalah sekedar sebuah hipotesis yg kebenarannya masih perlu pengamatan yg perlu diverifikasi & disinkronsasikan dengan obyek yang dinalar logiskan. Jadi kebenaran matematis bukanlah suatu kebenaran tunggal yg berdiri sendiri & ada pada dirinya sendiri. Kebenaran itu wajib punya korelasi pada dua sisi, yaitu sisi yang menghitung (hisab) dan sisi obyek yang dihitung (rembulan). Bertemunya dua sisi kebenaran berupa korelasi & korespondensi antara dua sisi itulah sejatinya kebenaran suatu presisi & ketepatan yang sesungguhnya. Logika ilmu pengetahuan tidak semata mengikuti logika matematik yg menjadi instrumen penghitungnya. Tetapi suatu kebenaran juga harus tetap mengikuti logika empirik dari obyek yang dicari kebenarannya.
والله أعلم بالصواب

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *