Menyudahi Kebohongan

Menyudahi Kebohongan
Jaka Budi Santosa
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Jaka Budi Santosa – Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

Hajinews.co.id – SEBUAH video pendek menarasikan betapa parahnya kebohongan di negeri ini. Kebohongan pertama yang dibiarkan berlarut-larut, kata sang narator, ialah mi goreng tapi ternyata harus direbus; kedua, teh botol tapi kemasannya kotak; ketiga, teh gelas tapi wadahnya botol. Lalu, bika ambon tapi nyatanya dari Medan, dan, kaleng biskuit tapi isinya rengginang atau rempeyek.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Video itu tentu sekadar candaan kendati isinya nyata adanya. Tapi bahwa kebohongan di negara ini kian menjadi, secara serius diungkapkan oleh banyak kalangan. Kata mereka, kebohongan makin kerap dipertontonkan oleh mereka yang berkuasa, bahkan penguasa dari mereka yang berkuasa. Tanpa malu-malu lagi, tanpa sungkan-sungkan lagi.

Soal bohong-berbohong belakangan juga dibawa-bawa ke forum rapat kerja DPR di Senayan. Kejadiannya Rabu (13/3). Yang mengangkatnya anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan. Sasarannya Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

Johan awalnya mengaku tercengang dengan laporan produksi beras dari Kementan. “Memang tercengang melihat laporan kita punya kelebihan produksi,” begitu dia bilang.

Menurut Johan, laporan itu berbanding terbalik dengan kondisi di lapangan ketika dia mengunjungi gudang Bulog di Yogyakarta. “Melihat gudang-gudang Bulog kosong semuanya. Di mana kelebihan itu? Di mana ditaruh kelebihan produksi itu kalau ada?”

Versi dia, Bulog menjelaskan beras impor dibagikan ke penggilingan-penggilingan padi UMKM untuk dikemas ulang menjadi beras 5 kilogram. “Kenapa kita berani menyampaikan ada kelebihan produksi? Nah ini coba disampaikan, kalau ada niat bohong berhenti dulu, ini bulan puasa. Kalau ada niat bohong, tahan dulu. Kita ini ngurus rakyat,” cetusnya.

Benarkah Kementan berbohong? Betulkah Menteri Andi Amran punya nawaitu menyampaikan sesuatu yang tak sesuai fakta? Yang pasti, mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional pada 2023 mencapai 31,10 juta ton, turun 440 ribu ton atau 1,39% ketimbang di 2022 yang sebesar 31,54 juta ton. Yang jelas, beras dalam beberapa bulan belakangan mencekik jalan napas rakyat karena sudah mahal, susah didapat pula.

Soal bohong-berbohong juga tersirat dalam raker Komisi VI DPR di waktu yang sama, tapi forumnya beda. Yang dibidik Mendag Zulkifli Hasan. Yang membidik anggota dewan I Nyoman Parta. Dia kesal karena Bang Zul tetap menyalahkan alam sebagai biang sengkarut beras. “Tidak bisa setiap ada kondisi seperti ini, seluruh pejabat terutama Pak Menteri, alasannya El Nino. Itu berulang-ulang,” ketusnya.

Berbohongkah Bang Zul bahwa krisis beras lantaran dampak iklim? Ngeleskah dia? Yang pasti, ada beda pendapat, lain pandangan. Salah satunya bahkan termasuk ekstrem, yakni beras langka dan mahal akibat beras impor dipolitisasi, digelontorkan untuk bansos demi membeli suara di pemilu.

Kiranya tidak ada orang biasa di jagat raya ini yang tak pernah berbohong. Profesor psikologi kognitif Ullrich Ecker dan doktor Toby Prike dari The University of Western Australia mengatakan, kebohongan merupakan bagian dari keseharian manusia. Studi di Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengungkap rata-rata seseorang berbohong dua kali dalam satu hari. Nyaris seperti minum obat.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *