Jalan Terjal Prabowo Menuju Kursi Presiden: Perlu 4 Pilpres Untuk Menang, Dia Tak Akan Menyerah Meski Terus Kalah

Jalan Terjal Prabowo Menuju Kursi Presiden
Prabowo dan gibran
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idPerjalanan penuh liku Prabowo Subianto hingga menduduki jabatan Presiden Republik Indonesia (RI) membutuhkan empat kali pemilihan presiden agar ia bisa menang.

Diketahui, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Rabu (24/4/2024) resmi dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden terpilih tahun 2024-2029 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Berdasarkan hal tersebut di atas, Komisi Pemilihan Umum menetapkan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 2 H. Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih Periode Tahun 2024-2029 dalam Pemilihan Umum Tahun 2024,” kata Ketua KPU, Hasyim Asy’ari dalam sidang pleno di Gedung KPU,

Setelah ditetapkan, Prabowo-Gibran pun dijadwalkan bakal dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden pada 20 Oktober 2024 mendatang.

Terlepas dari hal tersebut, Prabowo telah menempuh jalan berliku untuk menjadi Presiden RI.

Berdasarkan perjalanan Prabowo untuk berkontestasi dalam Pilpres sudah dimulai sejak tahun 2004.

Selain itu, dalam edisi tiga kali Pilpres yaitu dari 2009, 2014, 2019, Prabowo pun tak pernah absen untuk mengikuti gelaran lima tahunan tersebut.

Mantan Danjen Kopassus itu selalu gagal menang dalam tiga edisi Pilpres tersebut, entah sebagai capres maupun cawapres.

Akhirnya, Prabowo pun baru memenangkan Pilpres pada edisi tahun 2024 ketika berpasangan dengan Gibran.

Selengkapnya berikut rangkuman perjalanan Prabowo untuk menjadi Presiden RI.

Gagal Konvensi Golkar 2004, Cuma Dapat 39 Suara

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 2 Maret 2014, perjalanan Prabowo dalam menatap kontestasi Pilpres dimulai ketika ikut dalam konvensi Golkar.

Adapun tujuan konvensi tersebut digelar untuk mencari sosok yang akan berkontestasi dalam Pilpres 2004.

Pada saat itu, Golkar merekrut 19 capres lewat pendaftaran terbuka.

Prabowo pun masuk dalam sejumlah kandidat bersama dengan beberapa nama beken seperti Wiranto, Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie, hingga Ketua Umum NasDem saat ini, Surya Paloh.

Namun, Prabowo kalah lantaran hanya memperoleh 39 suara dan menjadi kandidat dengan perolehan suara terendah dibanding empat nama di atas.

Konvensi tersebut pun dimenangkan oleh Wiranto dan diputuskan menggaet nama Sholahuddin Wahid menjadi cawapresnya.

Pilpres 2009 Jadi Cawapres Megawati, Berujung Kalah dari SBY-Boediono

Tak menyerah, Prabowo kembali ikut dalam Pilpres 2009 dengan kendaraan politik yaitu partai yang dirinya dirikan sendiri yaitu Partai Gerindra.

Awalnya, Prabowo berniat untuk melenggang dengan Ketua Umum PAN saat itu, Sutrisno Bachir sebagai cawapres.

Hanya saja, duet Prabowo-Sutrisno tak terwujud lantaran tidak mampu memenuhi persyaratan kursi dukungan.

Menurut Prabowo, duetnya bersama Sutrisno hanya kurang satu kursi.

“Pas pendaftaran, kami ditolak karena kurang satu kursi. Gagal deh. Tetapi, dua bulan sesudah itu, saya tambah kursi. Saya tambah dua kursi, PAN empat kursi. Seharusnya cukup. Jadi kalau bicara keadilan dan kejujuran, bagaimana ini?” tutur Prabowo.

Lantas, Prabowo pun berubah haluan dengan berkoalisi bersama PDIP yang mengusung ketua umumnya yaitu Megawati Soekarnoputri.

Sempat alot dalam perundingan, Prabowo akhirnya ‘legowo’ untuk menerima sebagai cawapres Megawati.

Singkat cerita, dalam kontestasi Pilpres 2009, Mega-Prabowo kalah telak dengan petahana saat itu yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berpasangan bersama Boediono.

Saat itu, SBY-Boediono unggul dengan raihan 73.874.562 atau 60,8 persen suara dan jauh meninggalkan Megawati-Prabowo yang hanya meraih suara 32.548.105 atau 26,79 persen.

Alhasil, Pilpres 2009 hanya berlangsung satu putaran.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *