Jangan Terlalu Banyak Rebahan, Dokter Memperingatkan Risiko Pembesaran Prostat

Jangan Terlalu Banyak Rebahan
Rebahan


banner 800x800

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idDisadari atau tidak, rebahan atau malas bergerak merupakan hal yang lumrah saat ini bahkan sudah menjadi gaya hidup banyak orang. Ironisnya, gaya hidup fisik ini bisa menjadi penyebab banyak penyakit.

Ahli Urologi dr Adistra Imam Satjakoesoemah, SpU, FICS dari RS Abdi Waluyo mengatakan, selain meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes, mereka yang rebahan atau menjalani gaya hidup sedentary juga mungkin berisiko mengalami pembesaran prostat atau hiperplasia prostat jinak. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). dr. Adistra menganjurkan agar masyarakat aktif berolahraga dibandingkan terlalu banyak menghabiskan waktu hanya dengan rebahan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Sedentary lifestyle, santai-santai, kaum rebahan itu ada chance yang signifikan (terkena BPH). Jauhi rebahan, hidup aktif. Sedentary lifestyle, rebahan ya ada risk buat jadi pembesaran prostat, dari penelitian ya risk-nya. Tapi nggak semuanya begitu sekali lagi ya,” ujarnya kepada detikcom, Jumat (24/5/2024).

“Kaum-kaum mager baiknya itu (perbanyak gerak). Semuanya sih bisa risk-nya meningkat. Sakit jantung dan lain-lain. Jadi olahraga teratur, aktivitas fisik, tadi juga diabetes juga,” sambungnya.

Selain gaya hidup yang lebih aktif bergerak, dr Adistra menyarankan untuk lebih memperhatikan makanan atau minuman yang dikonsumsi. Menurutnya, ada beberapa makanan yang seharusnya dikurangi porsinya guna menekan risiko terserang BPH.

“Ada makanan-makanan yang sifatnya prokarsinogenik, overall sebenarnya bukan buat prostat doang. Red meat (daging merah) kemudian dietary food, susu dan produk turunannya. Itu ada chance, ada risiko. Sekali lagi ini bukan menyebabkan ya, tapi ada risiko,” tegasnya.

dr Adistra kembali menekankan bahwa masih banyak risiko-risiko lain yang bisa saja menyebabkan timbulnya BPH atau bahkan masalah lain di prostat seperti kanker, selain dari pola makan.

“Ada pasien saya yang vegan hidupnya, tapi kena (pembesaran) prostat,” tambahnya.

Meskipun peluang terkena penyakit BPH ini lebih banyak diidap oleh laki-laki berusia di atas 50 tahun, dr Adistra tetap menyarankan kepada mereka yang masih belum menyentuh angka tersebut untuk tetap menjaga gaya hidup dan rutin melakukan cek Prostate Specific Antigen (PSA).

“Ada (risiko), tapi biasanya starting point prostat mulai membesar, macam-macam teorinya. Dia itu (prostat) mulai membesar di atas 50 tahun biasanya. Cek PSA dulu aja, itu di umur 50 tahun, setahun sekali,” tutupnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *