Merinding! PM Israel Benjamin Netanyahu Panik Usai Dikecam Dunia

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id — Serangan udara Israel yang menyebabkan kebakaran besar di area tenda pengungsi di Rafah telah menewaskan 45 orang. Para pemimpin dunia mengecam kebiadaban ini yang membuat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu panik dan menyatakan akan mengusutnya.

Pengeboman yang menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyasar militan senior Hamas dalam serangan presisi namun memicu kebakaran. Akibatnya 45 pengungsi tewas, termasuk yang sedang dalam perawatan rumah sakit lapangan yang dikelola Komite Palang Merah Internasional.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas mengatakan sekitar setengah dari korban tewas adalah perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia. Netanyahu mengatakan di parlemen menilai ada sesuatu yang tidak beres dengan serangan udara tersebut.

Kami sedang menyelidiki kejadian tersebut dan akan mengambil kesimpulan, karena ini adalah kebijakan kami,” ujarnya.

Amerika Serikat (AS), sekutu setia dan pemasok senjata Israel, menggambarkan gambar-gambar setelah kejadian tersebut sebagai sesuatu yang sangat menghancurkan. Serangan itu, yang merupakan salah satu insiden paling mematikan dalam perang delapan bulan hingga saat ini, terjadi dua hari setelah pengadilan internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda, yang menjadi arbitrase antar negara, memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasinya di Rafah.

Lebih dari 85% penduduk wilayah Palestina mencari perlindungan di wilayah tersebut setelah melarikan diri dari pertempuran di tempat lain, dan satu juta orang terpaksa pindah lagi sejak operasi darat Israel dimulai pada 6 Mei. Pengiriman bantuan melambat, dan penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom di dekatnya secara efektif diblokir Israel.

Kecaman internasional terhadap perang Israel melawan Hamas terus meningkat seiring dengan banyaknya korban tewas dan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Perintah ICJ bersifat mengikat, tetapi tidak dapat dilaksanakan. Beberapa negara meminta Israel untuk mematuhi keputusan mayoritas hakim 13-2 setelah serangan Rafah.

Qatar, mediator utama antara Israel dan Hamas dalam upaya mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera, mengatakan jatuhnya korban di Rafah akan mempersulit negosiasi yang berlarut-larut. Harian Israel Haaretz melaporkan Hamas telah memutuskan untuk menarik diri dari usulan perundingan terbaru karena serangan itu digambarkan oleh para pemimpin seniornya sebagai pembantaian.

Negara tetangga Mesir dan Yordania, yang berdamai dengan Israel beberapa dekade lalu, juga mengutuk serangan tersebut. Hubungan antara Mesir dan Israel, yang sempat dingin, telah mencapai titik nadir sejak operasi Rafah dimulai.

Situasi semakin memburuk pada Senin (27/5), setelah militer Israel mengkonfirmasi telah terjadi baku tembak antara tentara Israel dan Mesir di daerah penyeberangan Rafah yang menewaskan sedikitnya satu anggota pasukan keamanan Mesir. Militer kedua negara sedang meninjau insiden tersebut.

Prancis, sekutu Israel di Eropa, mengatakan mereka marah dengan serangan Rafah. “Operasi ini harus dihentikan,” kata Presiden Emmanuel Macron di X.

“Tidak ada wilayah aman di Rafah bagi warga sipil Palestina. Saya menyerukan penghormatan penuh terhadap hukum internasional dan gencatan senjata segera,” tambahnya.

Beberapa ribu demonstran dilaporkan berkumpul di Paris untuk memprotes serangan militer Israel di Gaza. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, mengaku miris dengan tindakan Israel di Rafah.

“Ngeri dengan berita yang keluar dari Rafah mengenai serangan Israel yang menewaskan puluhan pengungsi, termasuk anak-anak. Saya mengutuk keras hal ini,” tulisnya di X.

Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto mengatakan pemboman seperti yang terjadi di Rafah akan berdampak jangka panjang bagi Israel. “Israel dengan pilihan ini menyebarkan kebencian, mengakar kebencian yang akan melibatkan anak cucu mereka. Saya lebih memilih keputusan lain,” terangnya.

Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat mengatakan Israel terus melanggar hukum internasional tanpa mendapat hukuman dan menghina keputusan pengadilan internasional yang memerintahkan diakhirinya aksi militernya di Rafah.

Setelah dikritik dunia, IDF mengatakan pihaknya tidak mengantisipasi jatuhnya korban sipil di zona aman. Setelah seminggu di mana posisi Israel di dunia anjlok, serangan ini menarik perhatian lebih dari biasanya di media berbahasa Ibrani, yang sering menghindari pemberitaan harian mengenai kematian dan kehancuran di Gaza.

Beberapa jurnalis sayap kanan Israel merayakan serangan Rafah dengan tampil di televisi Israel dan di X, menyamakannya dengan festival api unggun Yahudi minggu ini, Lag B’Omer. Komentator Yinon Dromi me-retweet postingan pengguna lain yang menunjukkan kebakaran di Rafah, dan menambahkan postingannya sendiri, “Selamat Liburan.”

Permusuhan juga berkobar di perbatasan utara Israel. Hizbulloh di Lebanon mengatakan mereka telah meluncurkan serangan roket ke wilayah Israel sebagai tanggapan atas serangan mematikan Israel di luar sebuah rumah sakit di Lebanon selatan pada hari sebelumnya.

sumber

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *