Keji! Media AS Bongkar Penyiksaan Sistematis pada Warga Palestina di Pangkalan Militer Israel

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id — Israel melakukan penyiksaan dan pelecehan secara sistematis terhadap warga Palestina yang ditahan di pangkalan militer Sde Teiman, Gurun Negev, berjarak sekitar 29 km dari perbatasan  Gaza. Ini terungkap dari laporan dua jurnalis the New York Times (NYT) yang menghabiskan waktu tiga bulan mewawancarai tentara Israel di Sde Teiman dan warga Palestina yang ditahan di sana, seperti dikutip dari Palestine Chronicle, Kamis (6/6/2024).

Laporan NYT ini menguatkan laporan serupa yang diturunkan oleh CNN sebulan lalu. CNNmengungkap kondisi mengenaskan para tahanan dari whistleblower yang bekerja di pangkalan militer tersebut, yang sebagian areanya digunakan sebagai kamp penahanan bagi warga Palestina dari Jalur  Gaza.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Laporan-laporan mengenai penyiksaan di Sde Teiman sebelumnya juga telah muncul di media Israel dan Arab. Protes dari kelompok-kelompok hak asasi manusia lokal dan internasional mengenai kondisi mengerikan di sana juga sudah banyak.

Salah satu jurnalis yang mengunjungi lokasi tersebut memberikan gambaran mengerikan mengenai kebijakan penyiksaan dan pelecehan sistematis oleh Israel sejak 7 Oktober. Laporan ini menggugurkan klaim berulang kali dari pemerintah Israel bahwa mereka beroperasi sesuai dengan praktik dan hukum internasional yang berlaku.

Sde Teiman dinyatakan sebagai “pusat interogasi sementara”. Namun pada kenyataannya, tempat ini lebih seperti pemuas nafsu personel militer Israel menyiksa warga  Gaza ketimbang mengumpulkan data intelijen.

Mereka memperlakukan para tahanan dengan kejam, termasuk orang-orang yang kemudian diketahui tidak memiliki hubungan dengan Hamas atau kelompok-kelompok bersenjata lainnya yang menjadi incaran Israel.

Penyiksaan Sistematis

Sejumlah warga  Gaza duduk berbaris, diborgol, dan ditutup matanya. Mereka tidak dapat melihat tentara Israel yang berdiri mengawasi mereka dari sisi lain ruangan berpagar jala tempat mereka dtahan.

Mereka dilarang berbicara lebih keras dari gumaman, tak boleh mengintip dari penutup mata, dan dilarang berdiri atau tidur kecuali jika diizinkan.

“Rekan-rekan saya tidak tahu apakah saya masih hidup atau sudah meninggal,” lapor NYT, mengutip pernyataan Muhammad al-Kurdi, 38 tahun, seorang supir ambulans yang telah dikonfirmasi oleh pihak militer bahwa ia ditahan di Sde Teiman pada akhir tahun lalu.

“Saya dipenjara selama 32 hari,” kata al-Kurdi, yang ditangkap pada bulan November setelah konvoi ambulansnya mencoba melewati pos pemeriksaan militer Israel di selatan Kota  Gaza. “Rasanya seperti 32 tahun,” tambahnya.

Investigasi tersebut mengungkapkan 1.200 warga sipil Palestina yang ditahan di Sde Teiman berada dalam kondisi direndahkan, Mereka tak bisa mengajukan kasus ke hakim hingga 75 hari. Selain itu, para tahanan juga tidak diberi akses ke pengacara sampai 90 hari.

“Delapan mantan tahanan, yang semuanya telah dikonfirmasi oleh pihak militer bahwa mereka ditahan di tempat tersebut dan berbicara dalam rekaman, mengatakan bahwa mereka telah ditinju, ditendang, dan dipukuli dengan tongkat, popor senapan, dan detektor logam genggam selama berada dalam tahanan,” ungkap laporan tersebut.

Yang lain dilaporkan menyatakan bahwa mereka dipaksa hanya mengenakan popok saat diinterogasi. Perihnya, mereka juga menerima sengatan listrik selama ditanya-tanya oleh petugas.

Menurut NYT, sebagian besar kesaksian ini diperkuat oleh wawancara yang dilakukan oleh pejabat dari UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina. Badan tersebut mewawancarai ratusan tahanan yang kembali yang melaporkan penyiksaan yang meluas di Sde Teiman dan fasilitas-fasilitas penahanan Israel lainnya, termasuk pemukulan dan penggunaan alat kejut listrik.

Seorang tentara Israel yang bertugas di Sde Teiman mengungkapkan kepada NYT bahwa rekan-rekannya sesama tentara sering membual tentang pemukulan terhadap para tahanan. Dia mengamati tanda-tanda perlakuan semacam itu benar adanya.

“Berbicara dengan syarat anonim untuk menghindari penuntutan, ia mengatakan seorang tahanan telah dibawa ke rumah sakit lapangan darurat di pangkalan militer itu dengan tulang yang patah, Sementara yang lain dibawa keluar sebentar dan kembali ke penahanan dengan pendarahan di sekitar tulang rusuknya,” kata laporan itu.

Tentara tersebut mengatakan bahwa satu orang telah meninggal di Sde Teiman akibat luka trauma di dadanya. Walaupun ia tidak jelas apakah cederanya terjadi sebelum atau setelah berada di pangkalan.

“Dari 4.000 tahanan yang ditempatkan di Sde Teiman sejak Oktober, 25 orang telah meninggal di lokasi atau dibawa ke rumah sakit sipil terdekat,” lapor NYT, mengutip para perwira di pangkalan tersebut.

Ruang Disko

Para tahanan mengatakan kepada NYT bahwa beberapa hari setelah kedatangan mereka, mereka digiring ke sebuah ruangan terpisah. Para tahanan menyebutnya sebagai “ruang disko”. Menurut mereka, para tahanan dipaksa mendengarkan musik yang sangat keras yang membuat mereka tidak bisa tidur.

Bakr, salah satu tahanan yang diwawancarai, menganggapnya sebagai bentuk penyiksaan lain yang mengerikan. Ia mengatakan hal itu sangat menyakitkan sampai-sampai darah menetes dari dalam telinganya.

Barang-barang pribadi Bakr, termasuk telepon dan uang sebesar 2.000 dolar dirampok oleh tentara Israel.

Dalam beberapa pekan terakhir, pangkalan tersebut telah mendapat sorotan tajam dari media, termasuk laporan CNN yang kemudian dirujuk oleh Gedung Putih, serta dari Mahkamah Agung Israel, yang mulai mendengar petisi dari kelompok-kelompok hak asasi manusia pada hari Rabu untuk menutup tempat tersebut.

Banyak tahanan yang melaporkan bahwa mereka diinterogasi, diserang secara fisik, ditinju, dan ditendang ketika masih berada di  Gaza, dan beberapa di antaranya mengatakan bahwa mereka dipukul dengan popor senapan.

Sumber

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *