Apa Benar Duduk Terlalu Lama Menyebabkan Batu Ginjal? Berikut Penjelasan Dokter

Duduk Terlalu Lama Menyebabkan Batu Ginjal
batu ginjal


banner 800x800

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idDiperkirakan sekitar 1,5 juta orang di Indonesia mengidap batu ginjal. Menurut sebagian orang, terlalu banyak duduk menjadi salah satu penyebab batu ginjal. Benarkah?

Ahli Urologi RS Siloam ASRI, Prof Dr dr Nur Rasyid SpU(K) menjelaskan obesitas merupakan salah satu faktor risiko terbentuknya batu ginjal. Profesor Noor mengatakan obesitas merupakan suatu kondisi yang erat kaitannya dengan gaya hidup sedentary atau kurang bergerak.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ketika tubuh bergerak sangat sedikit, kemungkinan batu ginjal terbentuk dan tumbuh di ginjal meningkat. Oleh karena itu, batu ginjal lebih mungkin terjadi pada orang yang kelebihan berat badan dan orang yang menjalani gaya hidup kurang gerak.

“Jadi bukan karena duduknya, tapi kurang cukup bergerak,” ujar Prof Nur dalam diskusi media bersama Siloam Hospitals ASRI pada Rabu (5/6/2024), di Jakarta.

Selain obesitas, ada beberapa faktor lain yang juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit batu ginjal. Berikut ini adalah beberapa faktor risiko tersebut:

  1. Riwayat keluarga atau pribadi.
  2. Dehidrasi, kurang minum air setiap hari.
  3. Penerapan pola makan tertentu, seperti mengonsumsi makanan tinggi protein, natrium atau garam, serta gula.
  4. Penyakit pencernaan dan pembedahan.
  5. Kondisi medis lain seperti asidosis tubulus ginjal, sistinuria, hiperparatiroidisme, dan infeksi saluran kemih berulang.
  6. Konsumsi suplemen dan obat-obatan tertentu.

Di sisi lain, Prof Nur menyatakan perubahan warna urine juga bisa berkaitan dengan risiko terjadinya penyakit batu ginjal. Akan tetapi, tidak semua perubahan warna urine dapat berkaitan dengan risiko ini.

Prof Nur mencontohkan, perubahan warna urine karena mengonsumsi makanan, suplemen vitamin, atau obat tertentu tidak berkaitan dengan risiko penyakit batu ginjal, selama individu yang bersangkutan meminum air yang cukup. Risiko penyakit batu ginjal biasanya berkaitan dengan perubahan warna urin yang dipicu oleh kurang minum.

“Misalnya (setelah mengonsumsi) vitamin C warna urin berubah jadi kuning. Kalau minumnya cukup ya tidak apa-apa (tidak berkaitan dengan risiko penyakit batu ginjal),” kata Prof Nur.

Pemilihan jenis terapi untuk pasien penyakit batu ginjal akan didasarkan pada beberapa faktor. Sebagian dari faktor tersebut adalah ukuran batu ginjal, tingkat kekerasan batu ginjal, serta lokasi batu ginjal.

Secara umum, ada empat macam terapi yang bisa diberikan kepada pasien penyakit batu ginjal. Sebagian di antaranya adalah pemberian obat, extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL), Percutaneous nephrolithotomy (PCNL), serta Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS).

“Pada dasarnya RIRS adalah prosedur penghancur batu ginjal dengan menggunakan laser,” kata Prof Nur.

RIRS merupakan sebuah prosedur minimal invasif yang dilakukan dengan menggunakan alat ureteroskop atau teropong fleksibel melalui saluran kemih untuk mendeteksi lokasi batu ginjal. Setelah lokasi batu ginjal terdeteksi, dokter akan memecahkan batu tersebut dengan laser.

“RIRS dapat dilakukan pada batu ginjal berukuran kurang dari 3 cm, batu dengan kekerasan tinggi (kekerasan batu lebih dari 1000 Hounsfield Unit),” kata Prof Nur.

Keunggulan dari prosedur RIRS adalah memerlukan sayatan pada tubuh, proses pemulihan lebih singkat, minim nyeri, dan risiko infeksi lebih rendah. Selain itu, proses pembersihan batu ginjal dengan RIRS juga lebih efektif karena RIRS memiliki akurasi yang lebih tinggi. Tak hanya itu, RIRS memungkinkan dokter untuk mencapai lokasi batu ginjal yang sulit dijangkau.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *