Kultum 502: Apakah Allah Berbicara Langsung kepada Nabi

Allah Berbicara Langsung kepada Nabi
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Seorang Muslim dalam sebuah tanya-jawab bertanya, “Apakah ada bukti bahwa Allah Subhnahau wata’ala berbicara langsung kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam? Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut.

Alhamdulillah. Pertama, dalam kitab suci-Nya, Allah Subhanahu wata’ala telah memberi tahu kita tentang cara-cara Dia mengirimkan wahyu kepada Rasul-Nya, salah satunya adalah berbicara dari balik tabir / jiab. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنۡ يُّكَلِّمَهُ اللّٰهُ اِلَّا وَحۡيًا

اَوۡ مِنۡ وَّرَآىٴِ حِجَابٍ اَوۡ يُرۡسِلَ رَسُوۡلًا

فَيُوۡحِىَ بِاِذۡنِهٖ مَا يَشَآءُ‌ؕ اِنَّهٗ عَلِىٌّ حَكِيۡمٌ

Artinya:

Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahatinggi, Mahabijaksana (QS. Asy-Syura, ayat 51).

Allah Subhanahu wata’ala menyatakan bahwa berbicara dari balik tabir / hijab adalah indikasi dari status tinggi Nabi yang diajak bicara, sebagaimana Dia Subhanahu wata’ala mengatakan,

تِلۡكَ الرُّسُلُ فَضَّلۡنَا بَعۡضَهُمۡ عَلٰى

بَعۡضٍ‌ۘ مِنۡهُمۡ مَّنۡ كَلَّمَ اللّٰهُ‌ وَرَفَعَ

بَعۡضَهُمۡ دَرَجٰتٍ‌ؕ

Artinya:

Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat (QS. Al-Baqarah, ayat 253).

Dalam hal demikian, di antara mereka yang diajak bicara langsung adalah Nabi Adam Shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan dari Abu Umamah bahwa seorang laki-laki berkata, Ya Rasulullah, apakah Adam seorang Nabi? Dia bersabda, “Ya, orang yang diajak bicara”. Dia berkata, “Berapa lama jarak antara dia dan Nuh?” Dia bersabda, “Sepuluh generasi” (HR. Ibn Hibban dalam Shahihnya 14/69); digolongkan sebagai shahih oleh Shu’ayb al-Arna’ut.

Demikian juga dengan Nabi Musa. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَرُسُلًا قَدۡ قَصَصۡنٰهُمۡ عَلَيۡكَ مِنۡ

قَبۡلُ وَرُسُلًا لَّمۡ نَقۡصُصۡهُمۡ عَلَيۡكَ‌ ؕ

وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوۡسٰى تَكۡلِيۡمًا

Artinya:

Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya dan ada beberapa rasul (lain) yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung (QS. An-Nisa, ayat 164).

Sementara dalam Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, hal ini terbukti dalam kisah naiknya Nabi ketika m’raj ke surga, tentang yang dia Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “… Kemudian saya diangkat dan datang ke Musa. Dia berkata, ‘Apa yang diperintahkan kepadamu?’ Aku berkata, ‘Lima puluh shalat setiap hari’. Dia berkata, ‘Umatmu tidak akan mampu melakukan lima puluh shalat setiap hari. Demi Allah, aku telah menguji orang-orang sebelum kamu dan aku berusaha keras dengan Bani Israil. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah kepada-Nya untuk menguranginya untuk umatmu’. Jadi saya kembali dan Dia menguranginya sepuluh untuk saya. Kemudian saya kembali ke Musa dan dia mengatakan sesuatu yang serupa; ‘Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah kepada-Nya untuk menguranginya untuk umatmu’. Saya berkata, ‘Saya telah meminta Tuhan saya begitu banyak sehingga saya merasa terlalu malu. Sebaliknya saya akan menerima dan menyerah’” (HR. al-Bukhaari no. 3674) dan Muslim no. 162).

Al-Hafidz bin Hajar rahimahullah berkata, “Ini adalah salah satu bukti terkuat bahwa Allah, mungkin Dia dimuliakan dan ditinggikan, berbicara langsung kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam Isra’” (perjalanan malam) tanpa perantara (Fath al-Baari, 7/216).

Ibn Katsir Radiyallahu ‘anhu berkata, “Di antara mereka adalah orang-orang yang kepadanya Allah berbicara, yaitu Musa dan Muhammad Shallallahum ‘alaihim wasallam, dan juga Adam, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Ibnu Hibban dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, dan Dia mengangkat sebagian dari mereka derajat sebagaimana dibuktikan dalam hadits Isra’, ketika Nabi Shallalhu ‘alaihi wasallam melihat para nabi di surga sesuai dengan variasi status mereka di hadapan Allah Subhanahu wata’al (Tafsir Ibnu Katsir 1/670).

Sebagai catatan, Mengapa Musa Shallallahu ‘alaihi wasallam disebut Kalimullah (orang yang kepadanya Allah berbicara secara langsung), adalah sebagaimana Syekh ‘Abd ar-Rahmaan al-Mahmud Rahimahullah berkata, “Mungkin alasannya, dan Allah Subhnahau wata’ala tahu yang terbaik, mengapa Musa disebut Kalimullah (orang yang kepadanya Allah berbicara secara langsung), meskipun Allah berbicara langsung kepada Muhammad dan kepada Adam, adalah bahwa Allah berbicara kepadanya secara langsung di bumi, ketika dia seperti manusia lainnya, yang berbeda dengan pembicaraan Allah kepada Adam, karena Dia berbicara kepadanya ketika dia di surga, dan berbeda dengan pembicaraan Allah kepada Muhammad, karena Dia berbicara kepadanya ketika dia telah diangkat, tubuh dan jiwa, ke surga. Allahu ya’lam.

Semoga yang kita baca ini menjadi pengingat dan menambah iman kita, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                             —ooOoo—

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *