Kultum 503: Aku Berdosa, Apa yang Harus Kulakukan?

berbuat dosa
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Ada sebuah pertanyaan dari sesorang yang telah merasa berbuat dosa, “Aku telah berbuat dosa, apa yang harus aku lakukan?” Pertanyaan ini dijawab oleh pemateri sebagai berikut. Segala puji bagi Allah. Pertama, dosa seharusnya tidak menjadi sesuatu yang membawa kita pada keputusasaan, karena keputusasaan dan rasa bersalah memiliki bahaya untuk membawa lebih banyak dosa, yang pada gilirannya menyebabkan lebih banyak rasa bersalah, dan itu menjadi lingkaran setan.

Keputusasaan adalah tipu muslihat syetan untuk membuat kita jatuh kembali ke dalam dosa. Allah Subhanahau wata’ala berfirman,

قُلۡ يٰعِبَادِىَ الَّذِيۡنَ اَسۡرَفُوۡا عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ

لَا تَقۡنَطُوۡا مِنۡ رَّحۡمَةِ اللّٰهِ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ يَغۡفِرُ

الذُّنُوۡبَ جَمِيۡعًا‌ ؕ اِنَّهٗ هُوَ الۡغَفُوۡرُ الرَّحِيۡمُ

Artinya:

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS. Az-Zumar, ayat 53).

Nabi Shallallahu ‘alihi wasallam pernah menceritakan kisah seseorang yang membunuh 99 orang dan kemudian merasa menyesal. Dia meminta orang yang paling berpengetahuan di sekitar dan diberitahu tentang seseorang. Ketika dia bertanya apakah dia memiliki kesempatan untuk pertobatan dan keselamatan, orang lain mengungkapkan keterkejutannya, dan si pembunuh mengeluarkan pedangnya dan membunuh orang ini juga dan sekarang jumlah pembunuhan mencapai 100.

Kemudian dia mencari orang lain yang berpengetahuan dan dia diberitahu tentang orang lain. Ketika dia pergi kepadanya dan bertanya tentang kemungkinan pertobatan, dia diberitahu, “Tinggalkan kota jahat tempat Anda tinggal dan pergi ke kota yang baik”. Pembunuh memutuskan untuk melakukan ini tetapi dia meninggal saat dalam perjalanan.

Kemudian menurut hadits, malaikat rahmat dan siksa membantahnya. Akhirnya, Tuhan mengirim seorang malaikat yang membuat keputusan terakhir dengan kata-kata, “Lihat dan lihat kota mana yang lebih dekat dengannya, dan taruh dia bersama orang-orangnya”. Karena dia lebih dekat dengan kota orang baik, dia dimaafkan (Sunan Ibn Majah). Kisah ini memiliki pesan moral yang jelas dan dapat diambil, yaitu pintu tobat selalu terbuka sampai kematian seseorang.

Dalam hadits lain , Nabi saw bersabda, اَلتَّائِبُ الذَّنْبِ لاَ لَهُ  Artinya: “Orang yang bertaubat dari dosa adalah seperti orang yang tidak berbuat dosa” (Sunan Ibn Majah, Kitab Zuhd). Di dalam Al-Qur’an Allah Subhanahau wata’ala berfirman,

قَالَ عَذَابِیۡۤ اُصِیۡبُ بِہٖ مَنۡ اَشَآءُ ۚ

وَ رَحۡمَتِیۡ وَسِعَتۡ کُلَّ شَیۡءٍ ؕ

Artinya:

Allah berfirman, “Aku akan menjatuhkan hukuman-Ku kepada siapa yang Aku kehendaki, tetapi rahmat-Ku meliputi segala sesuatu” (QS. AL-A’raf, ayat 156).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *