Gus Baha: Ini Rahasia Makanan Sederhana Menjadi Mewah

Rahasia Makanan Sederhana Menjadi Mewah
Gus baha

Hajinews.co.idGus Baha, ulama yang terkenal dengan gaya tausiahnya yang santai namun penuh makna, kembali memberikan nasehat berharga dalam salah satu ceramahnya.

Kali ini, pemilik nama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini bercerita tentang hubungan antara makanan, syukur, dan puasa. Ceramah Gus Baha pada Sabtu (24/8/3034) tayang di channel YouTube @GusBahaStory83.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Dalam ceramahnya Gus Baha menjelaskan bahwa makanan memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang kehidupan dan meningkatkan rasa syukur manusia.

“Ternyata makan itu yang menjaga nyawa, ternyata makan itu yang menjadikan syukur,” ucap Gus Baha dengan gaya khasnya yang sederhana namun mendalam.

Lebih lanjut, Gus Baha mengajak para santri dan jamaah untuk merasakan betapa berharganya makanan, terutama ketika seseorang sedang puasa.

“Kalau kamu nggak percaya, puasa,” ujarnya. Ia menekankan bahwa saat berpuasa, seseorang akan menyadari betapa mewahnya makanan yang sederhana sekalipun.

“Sampean puoso, gedang goreng mewah, gedang goreng itu mewah. Air satu teguk itu mewah,” katanya, menggambarkan betapa berharganya hal-hal kecil yang sering kita anggap remeh.

Kalau Ingin Makan Enak, Ini Caranya

Gus Baha juga mengisahkan bagaimana ulama terdahulu merespons keinginan santri yang ingin makan enak.

“Kalau ulama dulu ada santri kepengin makan enak, Kiai Saya ingin makangan enak gini-gini caranya gimana?” tanya seorang santri kepada gurunya. Namun, jawaban dari Kiai tersebut sangat sederhana namun penuh makna.

Menurut Gus Baha, Kiai tersebut menjelaskan bahwa jika seseorang ingin merasakan makanan enak, kuncinya bukan terletak pada jenis makanan yang mewah, seperti sate atau mi ayam.

“Kalau kamu ingin enak, puasa, lauknya itu lapar,” jelas Gus Baha sambil tersenyum. Pesan ini mengingatkan bahwa rasa lapar bisa membuat makanan sederhana terasa lebih lezat dibandingkan makanan mewah.

Pesan dari Gus Baha ini mengandung makna mendalam tentang kesederhanaan dan rasa syukur.

Ia mengingatkan bahwa kenikmatan sejati dari makanan bukan berasal dari jenis atau harga makanan tersebut, melainkan dari rasa syukur dan kondisi hati yang bersih.

Lapar Bisa Menjadikan Makanan Sederhana jadi Super Lezat

Lapar yang dihadapi dengan sabar dan syukur bisa menjadikan makanan sederhana terasa sangat nikmat.

Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan materialistis, nasihat Gus Baha ini menjadi pengingat penting bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada kemewahan, tetapi pada rasa syukur dan kesederhanaan.

“Makanya kalau ulama dulu ada santri kepengin mangan enak, disuruh puasa” ucap Gus Baha, mengulang kembali pesan penting tersebut.

Dengan gaya ceramah yang ringan namun mengena, Gus Baha berhasil menyampaikan pesan moral yang dalam kepada para jamaahnya. Ia mengajarkan bahwa rasa syukur adalah kunci kebahagiaan, dan bahwa lapar yang diterima dengan ikhlas bisa mengubah makanan paling sederhana menjadi kenikmatan yang luar biasa.

Pesan Gus Baha ini bukan hanya relevan bagi para santri, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin menjalani hidup dengan penuh syukur dan kebahagiaan.

Makanan mungkin hanya bagian kecil dari hidup, tetapi rasa syukur dan kesederhanaan dalam menghargainya bisa membawa kebahagiaan yang sejati.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar