Kisah Wanita Terkaya di Makkah Yang Membagi Seluruh Hartanya Kepada Allah SWT

Wanita Terkaya di Makkah
ilustrasi: siti Khadijah
banner 400x400

Hajinews.co.idBerdasarkan sumber tradisional Islam, semua orang mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW pertama kali menikah dengan seorang wanita bernama Khadijah binti Khuwailid.

Namun hanya sedikit orang yang tahu tentang karir bisnis Khadijah. Dia kemudian mempunyai banyak uang dan apa yang sekarang disebut “crazy rich”. Bisa dibilang Khadijah adalah salah satu wanita crazy rich pertama di Arab Saudi.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Sebagai perempuan terkaya, harta Khadijah tidak datang tiba-tiba. Hartanya mayoritas berasal dari warisan mendiang suami. Sebelumnya, Khadijah memang pernah menikah dengan dua pria, yakni Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi dan Atiq bin Ayidh.

Pernikahan tersebut terjadi dalam kurun waktu berbeda dan sama-sama dipisahkan oleh maut. Saat ditinggali suami, Khadijah dikaruniai kekayaan dan jaringan perniagaan yang luar biasa banyak. Pada titik ini, praktis Khadijah memegang kendali operasional bisnis. Dari sinilah, dia mulai memupuk kekayaan.

Meski tidak memulai dari nol, perjalanan bisnis Khadijah tak semudah yang dibayangkan. Resit Haylamaz dalam Khadija: The First Muslim and the Wife of the Prophet Muhammad (2007) menceritakan, ketika itu perempuan tidak seperti laki-laki: sering diremehkan dan dianggap lemah, apalagi untuk urusan bisnis.

Namun, Khadijah tak peduli terhadap suara-suara sumbang tersebut. Dia tetap berani melangkah dan berbisnis sekalipun bukan tugas yang mudah. Selama musim panas dan dingin, Khadijah kerap memimpin pergerakan bisnis dari Makkah ke Damaskus dan Yaman.

Selama proses itu, dia memang tak pernah terjun langsung dan hanya menjadi semacam pengawas. Tugasnya hanya mengarahkan pengiriman barang dan mengorganisir perdagangan internasional. Untuk urusan lapangan, dia memberi tugas kepada orang-orang yang dipercaya.

Salah satu orang kepercayaannya adalah Muhammad bin Abi Thalib, pemuda dari suku Quraisy. Muhammad ditugasi menjual barang dagangan ke kawasan Syam. Karen Armstrong dalam Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis (2011) menceritakan, selama bertugas Muhammad sukses membuat dagangan Khadijah laku dan membawa cuan.

Selain itu, selama berdagang pemuda asal Makkah itu juga menunjukkan sikap yang membuat Khadijah terpukau: jujur, santun, rendah hati dan amanah. Dari sini, Khadijah mulai jatuh cinta kepada Muhammad, begitu pula sebaliknya, hingga keduanya menikah.

Setelah menikah, Muhammad membantu Khadijah menjalankan bisnis. Meski begitu, tidak ada catatan pasti soal posisi Muhammad di bisnis milik istrinya itu. Satu hal pasti ialah Muhammad tak lagi menjadi pekerja lapangan, tetapi sudah jadi pengurus operasional. Selama proses pernikahan dan kenabian Muhammad, Khadijah menjadi kaya raya.

Namun, menurut Resit Haylamaz, kekayaan itu tak bisa memberikan kedamaian atau kepuasan bagi Khadijah. Sebab, dia ingin hartanya bermanfaat bagi orang lain supaya bisa jadi penerang bagi kehidupan di akhirat.

“Karena itulah Khadijah menginginkan kekayaannya jadi tak terhingga, sehingga dia bisa membelanjakan harta itu untuk tujuan Nabi Muhammad,” tulis Resit.

Sejak itu, Khadijah dan Muhammad sering sedekah kepada para fakir miskin dan budak. Selain itu, Khadijah juga kerap mengadakan makan malam bersama bagi orang yang tidak beruntung. Atas dasar ini, selama 10 tahun pertama misi kenabian Muhammad, Khadijah tidak punya apa-apa lagi karena seluruh hartanya sudah dikorbankan di jalan Allah.

Kiprah Khadijah akhirnya harus terhenti di usia 65 atau tahun 619 Masehi. Riwayat Islam menyebut meninggalnya Khadijah membuat Nabi Muhammad sangat sedih. Sebab, peran perempuan tersebut dalam kehidupan Nabi Muhammad sangatlah besar.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *