Kisah Makhluk Allah Menangis Saat Ditinggalkan Bulan Ramadan

Makhluk Allah Menangis Saat Ditinggalkan Bulan Ramadan
Bulan Ramadan/freepik
banner 400x400

Hajinews.co.idKini kita telah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadan. Tentunya kita akan segera mengucapkan selamat tinggal pada bulan yang indah ini. Adapun perpisahan bulan Ramadan, diketahui ada sebagian makhluk Allah yang bersedih karena berpisah darinya dan menangis.

Bulan suci Ramadan merupakan anugerah yang luar biasa bagi umat Islam. Pasalnya, ibadah digandakan pada bulan ini. Bulan ini juga mempunyai malam istimewa yaitu malam Lailatul Qadar yang kualitasnya lebih baik dari seribu bulan.

Bacaan Lainnya
banner 400x400

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa jikalau umat Islam mengetahui keutamaan-keutamaan bulan Ramadan, mereka pasti akan menginginkan semua bulan dalam satu tahun menjadi Ramadan semua. Rasulullah SAW bersabda:

لَوْ تَعْلَمُ اُمَّتِيْ مَا في رَمَضَا نَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي اَنْ تَكُوْنَ السَّنََة ُكُلُّهَا رَمَضَانَ

Artinya: “Seandainya umatku mengetahui keutamaan di bulan Ramadan, maka sungguh mereka akan berharap setahun penuh Ramadan.” (HR Ibnu Khuzaimah).

Makhluk Allah yang Menangis karena Berpisah dengan Ramadan

Menukil Langit7.id, Rasulullah SAW ketika memasuki 10 terakhir Ramadan semakin memaksimalkan ibadah. Beliau menghidupkan malam dengan ibadah. Saat hari terakhir, beliau menangis karena sebentar lagi ditinggal bulan mulia itu.

Suatu ketika Rasulullah pernah berkata, apabila malam terakhir bulan Ramadan tiba, maka menangislah langit, bumi, dan para malaikat karena musibah menimpa umat Muhammad SAW. Kemudian sahabat bertanya tentang musibah apa yang akan menimpa mereka. Rasulullah menjawab: “Perginya bulan Ramadan, karena di bulan Ramadan itu semua diijabah, semua sedekah diterima, semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya dan siksa ditolak (dihentikan),” (Diriwayatkan dari Jabir).

Sementara, belum tentu kita dipertemukan kembali dengan bulan suci pada tahun berikutnya. “Sekiranya umatku ini mengetahui apa-apa (kebaikan) di dalam bulan Ramadan, niscaya mereka menginginkan agar tahun semuanya itu menjadi Ramadan,” (Diriwayatkan dari Ibnu Abbas).

Para Salafus Shalih Juga Menangis

Bagi para salafush shalih, setiap Ramadan pergi, mereka selalu meneteskan air mata. Di lisan terucap sebuah doa yang merupakan ungkapan kerinduan akan datangnya kembali Ramadan menghampiri mereka. Seperti yang ditunjukkan Ali bin Abi Thalib. Mengutip laman resmi Kemenag, keteladanan Ali bin Thalib tentang penghujung Ramadan disaksikan dua sahabat karibnya, Ibnu Rafi’i dan Abu Al Aswad Ad Du’ali.

Kisah itu termaktub dalam Kitab Sirah Ashabun Nabi, karya Syaikh mahmud al-Misri dan Siyar A’lam An-Nubala, karya Imam Adz-Dzahabi. Setelah shalat ashar saat Ramadan dan setelah seharian beliau tampak sedih karena Ramadan akan segera berakhir, Ali kemudian pulang dari masjid. Saat sampai di rumah, dia disambut sang istri tercinta, Sayyidah Fatimah Az-Zahra dengan pertanyaan penuh perhatian.

“Kenapa Engkau terlihat pucat, kekasihku? Tak Ada tanda-tanda keceriaan sedikit pun di wajahmu, padahal sebentar lagi kita akan Menyambut hari kemenangan?” ungkap Fatimah.

Ali hanya terdiam lesu. Tak berapa lama dia meminta pertimbangan sang istri untuk menyedekahkan semua simpanan pangannya kepada fakir miskin. “Hampir sebulan kita mendapat pendidikan dari Ramadan, bahwa lapar dan haus itu teramat pedih. Segala puji bagi Allah SWT, yang sering memberi hari-hari kita dengan perut sering terisi,” kata Ali menjawab pertanyaan Fatimah.

Setelah itu dan sebelum takbir berkumandang, Ali terlihat sibuk mendorong pedatinya. Pedati tersebut berisi tiga karung gandum dan dua karung kurma hasil dari panen kebunnya. Beliau berkeliling dari pojok kota dan perkampungan untuk membagi-bagikan simpanan pangan tersebut kepada fakir miskin dan yatim piatu.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar