Bukan Cuma Melemah, Rupiah Kini Terlemah di Asia!

(Foto ilustrasi.dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, hajinews.id-–Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih saja melemah di perdagangan pasar spot hingga tengah hari ini. Faktor domestik kemungkinan menjadi pemberat langkah rupiah.

Pada Jumat (1/11/2019) pukul 12:14 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.055. Rupiah melemah 0,16% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pada saat pembukaan pasar, rupiah masih melemah tetapi ‘hanya’ 0,06%. Selepas itu, pelemahan rupiah semakin dalam dan dolar AS leluasa menjelajahi kisaran Rp 14.000.

Sebelum pembukaan pasar spot, langkah rupiah sudah penuh tantangan karena ada data Purchasing Managers’ Index (PMI). Data ini adalah salah satu leading indicator penting yang bisa menjadi gambaran prospek ekonomi ke depan.

Pada 07:30 WIB, IHS Markit mengumumkan bahwa PMI manufaktur Indonesia berada di 47,7 pada Oktober. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1 dan menjadi angka terendah setidaknya sejak 2016.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Apabila di bawah 50, berarti dunia usaha sedang tidak melakukan ekspansi, yang ada malah kontraksi. Malangnya, PMI Indonesia sudah berada di bawah 50 dalam empat bulan terakhir.

Kelesuan dunia usaha ini kemungkinan membuat data inflasi menjadi hambar. Padahal inflasi Oktober lebih rendah dari ekspektasi pasar.

Pada Oktober, terjadi inflasi 0,02% secara bulanan (month-on-month/MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) berada di 3,13% dan inflasi inti tahunan adalah 3,2%.

Realisasi ini lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulan sebesar 0,12%, tahunan 3,23%, dan inti tahunan 3,3%.

Sentimen domestik ini membuat rupiah tertinggal. Ya, hampir seluruh mata uang utama Asia mampu menguat di hadapan dolar AS.

Sejauh ini hanya rupiah dan yuan China yang melemah. Namun rupiah lebih lemah dari yuan, sehingga otomatis menjadi yang terlemah di Benua Kuning.

Aura damai dagang yang merebak membuat investor berani masuk ke instrumen-instrumen berisiko di Asia. AS-China dikabarkan bakal segera mengumumkan lokasi baru penandatanganan perjanjian damai dagang fase I.

Seperti diketahui, awalnya perjanjian damai dagang AS-China fase I akan diteken di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di Chile pertengahan bulan depan. Namun karena situasi Chile yang sedang mencekam karena gelombang demonstrasi, KTT APEC batal dihelat di negara tersebut.

“China dan AS sedang bekerja untuk memilih tempat baru penandatanganan perjanjian dagang fase I. Lokasi baru akan diumumkan segera. Presiden Xi (Jinping) dan Presiden Trump akan membubuhkan tanda tangan!” cuit Presiden AS Donald Trump di Twitter.

Tidak hanya AS-China, perjanjian damai dagang AS-Meksiko-Kanada pun akan segera rampung dalam waktu dekat. Nancy Pelosi, Ketua House of Representatives AS, mengungkapkan bahwa kemajuan yang dicapai sudah signifikan.

“Kami terus bekerja dalam membuat kesepakatan dagang AS-Meksiko-Kanada, kemajuan tercapai setiap hari. Saya optimistis kami berjalan dalam trek yang benar, dan akan segera mencapai kesimpulan,” ungkap Pelosi, seperti diberitakan Reuters.

Hawa damai dagang yang terus terjaga membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Arus modal pun masuk ke instrumen-instrumen berisiko di Asia sehingga mata uang utama Benua Kuning ramai-ramai menguat. Sayang sekali rupiah tidak bisa ikut dalam euforia tersebut.



banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *