Kehancuran Andalusia

Istana Alhambra, Spanyol (Pixabay.com)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Pada 528 tahun yang lalu, yaitu tepatnya pada tanggal 2 Januari 1492 M, akhir peradaban Andalusia yang agung runtuh dan hilang untuk selamanya. Penguasa terakhir Granada, Abu Abdillah Muhammad bin al-Ahmar ash-Shaghir memilih untuk menyerah setelah dikepung oleh pihak Kerajaan Katholik Spanyol. Diwakili oleh menterinya, Abu al-Qasim Abdul Malik, ia menandatangani kesepakatan damai dengan pihak Kerajaan Spanyol.

Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, duet maut penguasa Spanyol itu pun memasuki Granada, dan menginjakkan kakinya ke istana yang megah, Alhambra. Abu Abdillah memilih pergi dan angkat kaki dari istana yang telah susah payah dibangun dengan tetesan keringat dan darah oleh pendahulunya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Di sebuah bukit, ia berhenti sejenak. Ia amati dalam-dalam pemandangan Kota Granada dari kejauhan untuk terakhir kalinya. Tetiba, air matanya mengalir deras. Ia menangis tersedu-sedu. Sang ibu, Aisyah berteriak padanya, “Menangislah… Menangislah… Menangislah seperti wanita atas apa yang tak bisa kau pertahankan selayaknya laki-laki.” Bukit itu pun diberi nama Puerto del Suspiro del Moro oleh penduduk Spanyol, yang bermakna Persinggahan Hembusan Nafas [Terakhir] Bangsa Moro. Sungguh menyayat hati!

Kejadian memilukan ternyata tidak berhenti sampai di situ saja. Saat menyepakati perdamaian dengan pihak Castilla, Abu Abdillah ash-Shaghir menyangka bahwa keselamatan kaum Muslimin yang tinggal di sana akan terjamin dan terjaga sebagaimana tercantum pada perjanjian .

Namun sebaliknya, fakta berkata lain. Raja Ferdinand merevisi perjanjian tersebut setahun kemudian. Jutaan Muslim yang memilih untuk tetap tinggal di bumi Andalusia yang menjadi korbannya. Mereka semua dibaptis paksa untuk memeluk agama Kristiani. Raja Ferdinand yang zalim juga mengeluarkan dekrit yang isinya menutup operasional masjid, melarang ritual-ritual agama Islam dan Yahudi.

Perlakuan buruk ini terus berlanjut. Pada tahun 1529 M, pada masa pemerintahan Raja Charles, sebuah peraturan yang isinya melarang kaum Muslimin berbicara menggunakan bahasa Arab diterbitkan. Membaca Alquran dan melakukan perjalanan ke luar Granada juga dianggap sebagai pelanggaran hukum. Yang paling gila adalah peraturan yang dibuat oleh Raja Philip II pada tahun 1576 M. Sang Raja membuat peratutan berupa larangan mandi kepada semua umat Muslim. Tempat pemandian umum yang ada di Granada dihancurkan.

Dewan Inquisisi adalah puncak kezaliman yang dilakukan oleh pihak Kerajaan dan Gereja Spanyol saat itu. Setelah upaya Kristenisasi terhadap pemeluk agama tauhid ini belum mendapatkan hasil yang maksimal, mereka pun berencana menghabisi kaum Muslim dengan berbagai dalih yang tak masuk akal. Jika dewan ini menemukan adanya mushaf di rumah penduduk Granada, mendapati mereka melakukan ibadah salat, mereka enggan meminum arak atau dicurigai melakukan aktivitas yang berkaitan dengan Islam lainnya maka sanksi berat pun dijatuhkan .

Dewan Inquisisi akan menyiksa mereka dengan zalim. Mereka memiliki 1001 macam alat untuk menyiksa mereka yang dianggap berkhianat. Ada alat peremuk tulang, alat perobek kulit, alat pengoyak daging dan berbagai macam alat lainnya yang membuat bergidik bulu siapapun yang menyaksikannya. Dewan ini berhasil dibubarkan empat abad kemudian setelah membantai banyak manusia tak berdosa. Pada tahun 1808 Napoleon Bonaparte, penguasa Perancis mengeluarkan dekrit yang isinya membubarkan Dewan Inquisisi di Kerajaan Spanyol tersebut. (*)

Sumber: Bangkit dan Runtuhnya Andalusia karya Dr. Raghib as-Sirjani dan Dari Puncak Andalusia karya Dr. Tariq Suwaidan 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *