HIPMI, Bonus Demografi, dan Kualitas Pengusaha Muda Kita

Arif Rosyid dan KepalaBKPM Bahlil Lahadalia
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



drg. Arief Rosyid (Wasekjen BPP HIPMI)

Tema pelantikan HIPMI “Peningkatan Kualitas SDM Pengusaha Muda Indonesia Dalam Menyambut Era Bonus Demografi” terasa berbeda dari pelantikan lainnya. Pelantikan HIPMI yang juga pertama di hadiri oleh Presiden ini menjadi pembuka dari periodesasi kanda Mardani H. Maming (MHM) sebagai ketua umum

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dua poin yang cukup krusial, peningkatan kualitas SDM Pengusaha Muda dan Bonus Demografi, menjadi menu pertama dari periode 2019-2022 ini. Tentu saja kita berharap tak sekedar jadi pembuka, tapi sekaligus menjadi menu sepanjang periode kepengurusan ini.

Pertanyaannya kemudian seberapa penting kedua hal ini dalam mempersiapkan masa depan? Ketum MHM disetiap sambutannya selalu menegaskan bahwa bangsa Indonesia sejak lama telah menjadi bangsa dan peradaban yang besar.

Harapan tentang masa depan yang terus merepresentasi kebesaran bangsa dan peradaban dimasa lalu itu kemudian muncul kembali dengan dua prasyarat di atas. Mengesampingkannya membuat kita mustahil menjadi bangsa dan negara yang maju, bisa mundur atau hancur berkeping-keping.

Bonus Demografi

Tema ini meski telah kita peroleh sejak 2012, namun baru kembali marak setahunan ini. Bonus demografi yang diterjemahkan sebagai ledakan usia produktif ini harus benar-benar dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Apalagi tahun depan kita telah memasuki puncak bonus demografi. Saat itu rasio ketergantungan penduduk ada di titik terendah sepanjang sejarah Indonesia, yaitu 45,4. Artinya, 100 penduduk usia produktif menanggung 45,4 penduduk tak produktif, yakni anak-anak dan warga senior. Tulang punggungnya adalah pemuda.

Secara kuantitatif, generasi Y sebesar 33,75% dan generasi Z sebesar 29,23%. Jumlahnya jauh melampaui generasi setelahnya. Modal inilah yang dapat digunakan sebagai mesin penggerak masa depan.

Disisi yang lain, bonus ini agak berbeda dengan bonus yang lain, seperti di supermarket, warung, atau di pedagang kaki lima. Disana, jika kita tak berkenan untuk mengambil bonus tersebut, maka tak akan ada konsekuensi apa-apa. Bonus demografi jika tak dimanfaatkan, akan berujung pada bencana demografi.

Gejalanya sudah terasa, pelaku begal, pengedar narkoba, curanmor, dan hal-hal negatif lainnya berasal dari rentang usia produktif tersebut. Yang jauh lebih menyedihkan, pengalaman berkunjung kebeberapa lembaga pemasyarakatan dan menyaksikan di berbagai media konvensional hingga digital, mayoritas dari mereka berusia muda.

Secara serius HIPMI telah turun “menjemput bola” dengan program-program HIPMI Goes To School, Campus, & Pesantren. Harapannya tentu ingin mengonversi energi negatif generasi muda menjadi energi yang positif.

Meski belum signifikan mengejar ketertinggalan dari negara lain, tetapi upaya merubah mindset sebagai pengusaha ini telah meningkatkan jumlah pengusaha menjadi sekitar 3,1 % di tahun 2017, yang sebelumnya cuma 1,67 % di tahun 2013. Apalagi Ketum MHM berulang-ulang menyampaikan kalau diperiode ini beliau akan lebih fokus membantu secara langsung praktik untuk memulai usaha.

Tugas mulia seperti inilah yang perlu terus dijalankan oleh HIPMI, seterus-terus dan seluas-luasnya. Sambil berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan mottonya yang populer, “pengusaha pejuang, pejuang pengusaha”.

Kualitas kita

Dua hari sebelumnya, sebagai calon pengurus BPP HIPMI kami diundang untuk mengikuti pembekalan dan orientasi di kantor yang baru, Sahid Sudirman Center. Dari sekian narasumber yang hadir, saya dengan hati-hati menyimak apa yang disampaikan Kanda Abdul Latif, sebagai pendiri HIPMI juga ketua umum pertama.

Selain karena beliau sebagai pengusaha yang ternama dan dikenal banyak membangun Masjid, juga beliau sebagai intelektual-cum-aktivis di HMI. Tidak cuma visi dan pikiran beliau, tindakannya dengan mendirikan HIPMI juga melampaui zaman.

Dalam materinya beliau menjelaskan empat komponen yang menjadi pendorong lahirnya HIPMI yakni muda, pengusaha, intelektual, dan aktivis. Orkestrasi keempat inilah yang membuat pijakan HIPMI kokoh hingga jelang usianya yang ke-48 tahun.

Tak hanya itu, keberadaannya di semua rezim pemerintahan sangat dibutuhkan. Teranyar Presiden Jokowi sebagai kepala negara adalah produk HIPMI, beberapa kabinetnya seperti Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, hingga Ketua MPR Bambang Soesatyo adalah kader HIPMI yang sedang dikaryakan sebagai pemimpin negara ini.

Kesadaran tentang kualitas inilah yang menjadikan mereka semua peroleh tempat yang terhormat. Kehormatan itupun tentu harus dijaga dan dibuat lebih meluas dan mendalam untuk hajat hidup orang banyak.

Salah satu maksud dan tujuan HIPMI adalah membentuk pengusaha nasional yang berwawasan kebangsaan, memiliki moral dan etika bisnis, serta mampu bersaing dipasaran internasional. Modal inilah yang membuat dimanapun ladang pengabdiannya, peran kader HIPMI menjadi dominan.

Diujung tulisan ini, saya kembali mengenang sambutan Pak Jokowi di podium Raffles Hotel pagi tadi. Beliau berharap di tahun 2024, pertarungannya kembali antar kader HIPMI seperti yang terjadi tahun lalu. Tentu saja dengan harapan siapapun pemenangnya adalah kader HIPMI.

Di ruangan tadi hadir Erick Thohir, Sandiaga Uno, Bahlil Lahadalia, Bambang Soesatyo, dan sederet nama lain yang sangat mungkin menjadi Presiden/Wakil Presiden berikutnya. Yang pasti, kita yang muda setia berbaris dishaf berikutnya.

Tabik

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *