Kenangan Din Syamsuddin Ditinggal Gus Sholah

Ribuan pelayat mengiringi kepergian Gus Sholah(dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, hajinews.id,- KH Salahuddin Wahid berpulang ke Rahmatullah setelah menjalani sakit beberapa hari dan terakhir dirawat di RS Harapan Kita Jakarta. Jenazahnya dimakamkan Senin sore di komplek pondok pesantren Tebuireng Jombang (3/2/2020). Ribuan santri dan pelayat lainnya baik pejabat maupun rakyat mengiringi pemakamannya.

Gus Sholah adalah  ulama yang gemar menulis. Berbagai tulisan Gus Sholah bahkan pernah dibukukan. Gus Solah juga aktif berorganisasi sejak muda. Ia terpilih menjadi anggota Dewan Penasehat ICMI sejak 1995 hingga 2005.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Gus Sholah juga menorehkan karier di dunia politik. Dia bergabung dengan Partai Kebangkitan Umat (PKU) dan menjadi ketua DPP selama satu tahun.

Din Syamsuddin bersama Gus Sholah (dok)

Selain itu, Gus Sholah juga menjadi salah satu ketua PBNU periode 1999-2004. Dia juga pernah maju di Pilpres 2004 sebagai cawapres mendampingi Wiranto.

Meninggalkan dunia politik pada 2006, Gus Sholah memimpin Pesantren Tebuireng. Pesantren itu pun tercatat menjadi salah satu pesantren terbesar di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Bagi Din Syamsuddin, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin, kepergian KH. Solahuddin Wahid (Gus Solah) ke hadirat Sang Pencipta adalah kehilangan besar bagi umat dan bangsa.

“Kepergiannya justeru terjadi pada saat umat memerlukannya. Gus Solah adalah seorang kiyai, pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng. Selain itu beliau adalah seorang negarawan, figur nan penuh dengan kearifan dan kebijaksanaan, serta cenderung mempersatukan. Gus Solah memiliki itu semua,” kata Din Syamsuddin.

Ketika jenazah baru saja diturunkan dari pesawat (dok)

Beberapa kali Gus Sholah mengajak untuk mempertemukan para tokoh Islam guna menyatukan pikiran terhadap masalah-masalah kebangsaan, dan menghadapi gejala pemecahbelahan umat oleh umat sendiri.

“Saya dengar langsung kala mampir di Jombang maupun dalam berbagai kesempatan, begitu besar keprihatinan Almarhum terhadap keterpecahan umat dan rendahnya qiyadah merekatkan ukhuwah Islamiyah baik antar organisasi maupun dalam satu organisasi. Menurut Almarhum, banyak yg terjebak pada hubbud dunya (pragmatisme dan materialisme),” tambah Din.

“Beberapa kali Almarhum mengajak untuk adanya pertemuan para tokoh, namun belum menjadi kenyataan hingga beliau dipanggil pulang ke hadirat Ilahi. Semoga niat baik itu ada yang meneruskannya dan arwah Almarhum dari balik barzakh ikut berbahagia menyaksikannya. ya ayyatuhan nafsul muthmainnah, irji’i ila robbiki rodhiyatan mardhiyyah, fadkhuli fi ‘ibadi wadkhuli jannati.”  (fur).

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *