Sabar itu Indah

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh M. Zuhdi Zaini

Saat aktif kuliah, tugas banyak sekali, pembuatan makalah, presentasi makalah, menghadapi dosen killer, persiapan UTS dan UAS sangat menyita waktu memeras tenaga dan pikiran.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ketika pengajuan proposal, bimbingan skripsi, ujian semakin berat. Dosen pembimbing yang super sibuk dan sangat teliti memeriksa skripsi, membuat aku nyaris tak berdaya untuk menjadi sarjana.

Belum selesai urusan teknis administrasi perkuliahan, datang masalah klasik, orang tua belum mengirim uang untuk SPP, kontrakan dan uang makan, menambah runyem keadaan.

Ibu kost sudah menagih uang kontrakan, batas pembayaran uang kuliah sudah hampir berakhir, puasa sunnah solusi menahan lapar dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Menjelang akhir perkuliahan, skripsi sudah ditandangani oleh dosen pembimbing, namun belum daftar sidang skripsi karena belum punya uang, tiba-tiba ada berita dari kampung, ayah sakit dan dirawat di Rumah sakit, padahal ibu juga sedang sakit di rumah.

Dalam waktu yang bersamaan, teman dekatku mengirim surat yang berisi permohonanan maaf, bahwa dia akan segera menikah karena permintaan orang tuanya dengan calon suami pilihan mereka.

Dunia terasa hancur, hatiku porak-poranda, akalku seperti kehabisan energi berpikir, aku nyaris tak sanggup melanjutkan kuliah ini.

Siang malam aku bermunajat kepada Allah, Tuhan yang telah mengatur semua urusan. Untaian doa dengan derai air mata menjadi modalku mengadu dan mengeluh kepada-Nya.

Selesai mengahadapi dosen pembimbing, hatiku bahagia bercampur sedih, kesal, kecewa dan berbagai gejolak yang membara.

Aku lirik saku bajuku, ada uang sedikit, cukup buat bayar angkot. Aku pilih naik angkot daripada makan siang, karena badanku lemes menghadapi semua cobaan ini.

Di dalam angkot, ada seorang ibu bertanya, kerja dimana dik? Aku jawab, masih kuliah Bu. Oh mahasiwa. Dik, bisa ngajar les untuk anak ibu? Bibirku bergerak, bisa bu. Ibu itu memberikan alamat rumahnya dan kamipun berpisah.

Pertemuan dengan ibu inilah menjadi wasilah atau perantara jawaban doaku yang selama ini aku panjatkan.

Pendek kata, aku bisa bayar kuliah, bisa melunasi uang kontrakan dan aku daftar sidang skripsi. Alhamdulillah.

Sidang skripsi yang alot, memaksa pikiranku untuk menjawab pertanyaan penguji dengan benar, mulai pendekatan, metode, teori hingga analisa data.

Setelah sidang selesai, mahasiswa teruji dan semua yang menghadiri ujianku diminta keluar ruang sidang.

Aku langsung ke kamar mandi, bukan aku takut tidak lulus, tetapi ada berita dari kampung ayahku meninggal dunia.

Aku berwudhu dan pergi ke musholla, aku menangis dan berdoa untuk ayahku, pahlawanku.

Ya Allah aku kangen ayah, ijinkan aku untuk bertemu ayah untuk yang terakhir kali dan berikan kesempatan kepadaku, untuk menguburkan jenazah ayahku.

Ya Allah luluskanlah sidang skripsi ini dan jadikanlah aku yang terbaik, akan aku hadiahkan untuk ibuku tercinta.

Aku kembali masuk ruang sidang, ketua sidang membacakan hasil sidang skripsi atas namaku, dengan ini saudara dinyatakan lulus dengan nilai sangat memuaskan ucapan Alhamdulillah dan air mata deras mengalir, indah.

Setelah ijin dengan dosen penguji, pembimbing dan temen-temen, aku langsung pulang kampung, untuk memeluk ayahku yang terakhir kali.

Aku peluk jenazah ayahku di liang lahat dan aku berdoa, bismillahi wa ala millati rasulillah
Di dalam hatiku, aku berkata, ayah aku sudah lulus dan inilah hasil perjuangan dan doamu.

Jakarta, 29 Januari 2020

M Zuhdi Zaini

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *