BI: Kondisi Saat Ini Beda dengan Krisis 1997 dan 2008

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Dok. PMJnews).
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan kondisi ekonomi saat ini berbeda dengan krisis keuangan pada 1997 dan 2008, meski kini sedang terdampak  penyebaran wabah virus corona baru atau COVID-19.

“Kondisinya sangat-sangat berbeda dengan krisis 2008 apalagi krisis Asia pada 1997,” kata Perry di Jakarta, Kamis (26/3/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Menurut Perry pelemahan rupiah terhadap dolar AS saat ini tidak bisa dibandingkan ketika terjadi krisis keuangan di Asia pada 1997. “Dulu Rp16.000 turun dari Rp 2.500, hampir delapan kali lipat. Rp 16.000 sekarang dari Rp 13.800, dengan tingkat pelemahan sekitar 12 persen, tapi jauh lebih kecil dari kondisi dulu,” ujarnya.

Perry menekankan bahwa situasinya juga tidak bisa disamakan dengan krisis finansial tahun 2008 yang terjadi akibat kolapsnya sistem keuangan di AS dan Eropa. “Krisis global waktu itu terjadi karena subprime mortgage yang menjadi default, sehingga menyebabkan kepanikan di pasar keuangan AS dan Eropa,” jelas Perry.

Dia memastikan kondisi sekarang lebih dipengaruhi oleh kepanikan pasar keuangan global di AS dan Eropa dalam menyikapi pandemi virus corona. “Yang terjadi sekarang pandemi COVID-19, eskalasinya sangat cepat luar biasa di AS dan Eropa. Di Italia jumlah kematian bahkan lebih tinggi dari China,” kata Perry.

Namun, kepanikan yang terjadi selama dua pekan terakhir saat ini mulai reda seiring dengan adanya stimulus fiskal dalam jumlah besar dari Amerika Serikat dan Jerman. “Saya tidak mengatakan ini sudah berakhir, tapi lebih mereda dari minggu lalu,” ungkap Perry.

Perry juga memastikan kondisi perbankan nasional jauh lebih kuat dibandingkan posisi tahun 1997 dan 2008 dengan rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 23 persen dan kredit bermasalah (NPL) 2,5 persen. “Langkah-langkah kebijakan ekonomi kita juga cukup baik melalui kebijakan fiskal, moneter, dan koordinasi di tingkat KSSK,” ujarnya. (rah/Ant)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *