Puasa Dongkrak Imunitas, Pandangan Seorang Dokter

Prof Dr. Abdurachman, Unair (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh:  Abdurachman

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Corona terus berupaya ‘mendekap’ erat siapa saja. Terlebih kepada yang tua dan berimunitas tak seberapa. Korona membawanya menuju alam baka.

Kepada yang masih muda. Corona juga senang menemuinya. Walau akhirnya yang muda bisa lolos dari jerat Corona. Yang muda jarang meregang nyawa.

Vaksin yang dicari tak jua menjelma. Padahal corona sudah terbiasa berbaju berbeda-beda. Bermutasi menjadi beberapa. Yang akhirnya membuat vaksin bisa tak telak mengena. Sayangnya vaksinnya juga belum dijumpa.

Betapa pun usaha yang ada. Kembalinya kepada imunitas yang tersedia. Bisakah menahan serangan corona. Atau hanya tiarap berharap belas kasih corona sang “pencabut” nyawa.

Mari kita mencoba, memetakan pemantik imunitas sempurna. Mulai dari jangan panik, optimis, stamina prima sampai kepada menjadikan jiwa bermitra. Bermitra dengan Tuhan, manusia dan alam semesta. Jiwa bermitra, berkasih sayang dengan semua. Kasih sayang yang tulus demi Tuhan semata, antara lain melalui puasa, khususnya puasa Ramadan, bagaimana bisa?

Puasa (shiyam) Ramadan adalah, menahan makan dan minum, berhubungan suami-istri, dari terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari (maghrib). Demikian biasa dipahami oleh sebagian besar Muslim. Rasulullah SAW. bersabda bahwa, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya kecuali rasa lapar dan haus”.

Hal demikian disampaikan karena, puasa bukan hanya cukup menahan diri dari tiga hal di atas, tetapi hakikat shiyam adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Hal-hal yang membatalkan puasa secara garis besar dirangkum menjadi hal-hal yang merugikan diri sendiri, terlebih merugikan orang lain.

Pemaknaan ini sejalan dengan makna Islam secara keseluruhan. Bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘aalamin. Islam hadir membawa rahmat bagi semesta. Rahmat bagi semesta ini akan hadir jika setiap individu mampu mengelola dirinya dengan baik. Mampu menahan apa yang buruk bagi dirinya, lebih-lebih buruk bagi orang lain. Sama maksudnya dengan memerintahkan diri untuk selalu berlaku baik, selalu beraktifitas hanya yang bermanfaat, bagi diri juga bagi lingkungan.

Lingkungan yang dimaksud bisa berwujud manusia, binatang, tanaman dan seluruh mahluk. Dalam psikologi, menahan diri (shiyam dalam Bahasa Arab), sama dengan menahan id, ego, aku, saya, menahan kepentingan diri demi kepentingan bersama.

Islam memerintahkan “irhamuu man fil ardl, yarhamkum man fis samaa”, rahmati/sayangi siapa yang di bumi niscaya engkau akan disayang oleh siapa yang di langit. Bahkan dalam salah satu surat Alquran, upaya berlindung kepada Allah (Pencipta, Raja, Tuhan manusia) dari dalam diri, secara khusus ditekankan menggunakan satu surat utuh, surat An-Naas.

Demikian, karena pentingnya manusia berlindung dari upaya buruk yang berasal dari dalam dirinya. Juga karena awal mula kesalahan adalah dari dalam diri. Lihat bagaimana dosa pertama yang dilakukan oleh iblis, adalah karena sombong, merasa diri lebih baik (ana khairun minhu) sehingga ia tidak mau tunduk kepada perintah Allah SWT. yaitu sujud/hormat kepada Adam AS.

Juga karena kekeliruan dari dalam dirinya (dengki), iblis terus berusaha menyengsarakan manusia, mulai Adam AS sampai seluruh keturunannya. Puasa Ramadan merupakan salah satu jalan utama untuk melatih diri agar bisa terkendali, agar bisa mencurahkan rahmat, kasih sayang kepada semesta daripada mengutamakan dirinya.

Imunitas
Imun berarti kebal. Imunitas tubuh berarti kekebalan tubuh terhadap gangguan biologis, gangguan yang menyebabkan orang menjadi sakit. Orang yang memiliki imunitas yang baik jarang sakit, kalau pun sakit akan mudah sembuh. Sedangkan orang yang lemah imunitas tubuhnya akan mudah sakit, kalau sudah sakit pada umumnya sakit yang diderita lebih lama sembuhnya.

Berbagai cara ditempuh orang untuk bisa meningkatkan imunitas tubuhnya, antara lain melalui imunisasi, melakukan olah raga secara rutin dan memenuhi intake makanan sehat. Dalam artikel jurnalnya yang berjudul, “The Role of Psychological Well-Being in Boosting Immune Response: An Optimal Effort for Tackling Infection” (2018) penulis menemukan cara yang berbeda.

Dalam artikel tersebut, dibuktikan banyaknya periset internasional yang menemukan fakta ilmiah bahwa, orang-orang yang memiliki karakter yang baik, antara lain memiliki daya kendali diri yang baik, memiliki tingkat imunitas yang tinggi.

Pakar penyakit dalam Larry Dossey, peneliti yang pernah hampir satu dasawarsa menjadi pimpinan redaksi dua jurnal ilmiah internasional di AS, mengumpulkansekian banyak artikel yang menunjukkan bahwa orang yang mampu menahan diri dengan baik, tidak egois, hidupnya sehat, kariernya melesat, kehidupan rumahtangganya bahagia, dan panjang umur.

Kalau pun mereka sakit, mereka lekas sembuh. Bernie Siegel, ahli bedah asli AS ini, menemukan bukti sejumlah 57 kasus penderita karsinoma payudara, bisa sembuh sempurna setelah mereka mengubah perilaku mereka, menuju perilaku rahmatan lil’aalaamiin.

Jadi puasa Ramadan yang menekankan pada pengendalian diri agar bisa selalu bermanfaat bagi semesta, hendaknya mampu menjadikan hidup bertambah sehat, berimunitas sempurna, bertambah bahagia dan panjang umur.

Imunitas Kebalikan Radikal Bebas

Secara umum radikal bebas bisa diserupakan dengan organisasi radikal dalam kehidupan bernegara. Organisasi jenis ini dilarang pemerintah oleh karena suka membuat onar, menyebabkan instabilitas keamanan, menyebabkan kehidupan warganegara kurang tenang.

Dalam tubuh, kata organisasi diganti menjadi molekul. Jadi ada molekul-molekul dalam tubuh yang kehilangan elekron, sehingga menjadi gugus radikal. Radikal bebas, kerjanya menuju ke arah pengrusakan, ke arah kehancuran. Tentu saja molekul-molekul ini harus diminimalisir agar tubuh tidak mudah rusak, tidak lekas tua.

Akibat radikal bebas pada kulit, menyebabkan kulit mudah rusak, kelihatan kusam. Pembuluh darah yang turun kualitasnya akibat radikal bebas, bisa menimbulkan dampak serius. Ke jantung bisa menuju jantung koroner, ke otak bisa menuju stroke.

Fungsi pengendalian diri yang dilahirkan kewajiban shiyam, mengantar para pelakunya untuk memperoleh keseimbangan emosional. Keseimbangan emosional mengantar pada rendahnya tingkat stres. Rendahnya tingkat stres, meningkatkan imun tubuh, juga menekan produksi radikal bebas. Sehingga, shiyam yang sempurna, tidak hanya menyempurnakan imunitas tubuh, tetapi menjadikan tubuh tidak mudah rusak, yaitu awet muda.

Jadi, puasa Ramadan mewajibkan kepada Muslim yang beriman untuk hidup semakin sehat, imunitas melesat, corona tak mampu menghempas. Puasa Ramadan menjadi solusi mantap menghempas wabah corona! Kami senang puasa Ramadan segera datang, marhaban ya Ramadan!

(26/4/20)

Penulis juga Dewan Pakar IDI Jawa Timur, President Asia Pacific International Congress of Anatomist-6, peneliti Anatomy of Personality

(fur)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *