Amalan yang Lebih Utama daripada I’tikaf Sebulan Penuh

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Ada amalan sunah yang utama untuk dikerjakan pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Sekiranya memungkinkan, sangat baik kalau kita berusaha melapangkan waktu untuk melakukan i’tikaf selama 10 hari penuh atau dalam masa yang lebih singkat.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰُّ ‏( ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‏) ﻳَﻌْﺘَﻜِﻒُ ﻓِﻰ ﻛُﻞِّ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﻋَﺸْﺮَﺓَ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻌَﺎﻡُ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻗُﺒِﺾَ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻋْﺘَﻜَﻒَ ﻋِﺸْﺮِﻳﻦَ ﻳَﻮْﻣًﺎ
“Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.” (HR. Bukhari).

Kalangan ulama Malikiyah banyak yang berpendapat bahwa i’tikaf itu dilakukan selama 10 hari. Tidak kurang dari itu. Tetapi mayoritas ulama berpendapat tidak ada ketentuan minimal berapa lama waktu untuk i’tikaf. Kita dapat melakukan selama sehari semalam, bisa pula semalam saja atau sehari saja tanpa malamnya.

Mari kita ingat sejenak ketika ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Nabi Muhammad shallaLlahu alaihi wa sallam untuk meminta fatwa beliau:
ﻛﻨﺖ ﻧﺬﺭﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﺎﻫﻠﻴﺔ ﺃﻥ ﺃﻋﺘﻜﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ؟ ﻗﺎﻝ : ﻓﺄﻭﻑ ﺑﻨﺬﺭﻙ ، ﻓﺎﻋﺘﻜﻒ ﻟﻴﻠﺔً
“Saya pernah bernazar di masa jahiliah, bahwa saya akan melakukan i’tikaf selama satu malam di Masjidil Haram. Beliau bersabda, “Kalau begitu penuhilah nazarmu!” Maka Umar pun melakukan i’tikaf satu malam.” (HR. Al-Bukhari).

Berdasarkan hadis ini, maka para ulama mengemukakan bahwa i’tikaf dapat dilakukan dalam waktu satu malam saja. Tidak sampai sehari semalam. Ini telah mencukupi untuk disebut i’tikaf sejauh memang diniatkan sebagai i’tikaf.

Beruntunglah orang yang dapat melakukan i’tikaf dan mengisinya dengan zikruLlah. Inilah keutamaan yang sangat besar. Semoga kita semua berkesempatan melaksanakannya.

Akan tetapi ada yang tidak memungkinkan beri’tikaf disebabkan harus menolong orang lain yang sedang ditimpa kesulitan. Ia disibukkan mengerjakan urusan untuk menghilangkan kesusahan pada orang lain. Inilah antara lain amalan yang justru lebih utama dibandingkan i’tikaf sebulan penuh di Masjid Nabawi.

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺃَﺣَﺐُّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺃَﻧْﻔَﻌُﻬُﻢْ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ , ﻭَﺃَﺣَﺐُّ ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺳُﺮُﻭﺭٌ ﺗُﺪْﺧِﻠُﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ , ﺃَﻭْ ﺗَﻜَﺸِﻒُ ﻋَﻨْﻪُ ﻛُﺮْﺑَﺔً , ﺃَﻭْ ﺗَﻘْﻀِﻲ ﻋَﻨْﻪُ ﺩَﻳْﻨًﺎ , ﺃَﻭْ ﺗَﻄْﺮُﺩُ ﻋَﻨْﻪُ ﺟُﻮﻋًﺎ , ﻭَﻷَﻥْ ﺃَﻣْﺸِﻲَ ﻣَﻊَ ﺃَﺥِ ﻓِﻲ ﺣَﺎﺟَﺔٍ ﺃَﺣَﺐُّ ﺇِﻟَﻲَّ ﻣِﻦْ ﺃَﻥْ ﺃَﻋْﺘَﻜِﻒَ ﻓِﻲ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﻳَﻌْﻨِﻲ ﻣَﺴْﺠِﺪَ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔِ ﺷَﻬْﺮًﺍ
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini (Masjid Nabawi) selama sebulan penuh.” (HR. Thabarani).

Nah, semoga Allah Ta’ala karuniai kita kesempatan beri’tikaf yang sepenuhnya ikhlas karena Allah Ta’ala. Semoga pula Allah Ta’ala jadikan kita termasuk orang-orang yang memperoleh keutamaan yang lebih tinggi dibandingkan i’tikaf sebulan penuh di Masjid Nabawi bersebab melakukan urusan-urusan mulia sebagaimana dimaksud oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga pula Allah Ta’ala terima amal ibadah kita selama bulan Ramadhan ini dan bulan-bulan sesudahnya. (*)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *