Sektor Pariwisata Bakal Lama Pulih, Ini Alasannya

Aviliani. (Foto: Antara)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengungkapkan terjadi perubahan perilaku konsumen secara signifikan yang lebih mengutamakan kebutuhan primer, ditambah upaya menjaga serta merawat kesehatan pada masa normal baru.

“Selama pandemi COVID-19 terdapat perubahan perilaku masyarakat yang menarik, pertama mereka ada kebutuhan terutama untuk kebutuhan primer yakni pangan plus menjaga kesehatan atau health care, karena orang-orang membutuhkan sabun cuci tangan dan masker. Pengeluaran itu jadi berubah dari yang awalnya untuk kebutuhan sekunder menjadi kebutuhan primer, terutama kesehatan,” kata Aviliani di Jakarta, Selasa (9/6/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Padahal, lanjut dia, sebelum pandemi Covid-19 masyarakat mengutamakan kebutuhan pangan dan pariwisata atau jalan-jalan, di mana pengeluaran masyarakat untuk jalan-jalan atau pariwisata menduduki peringkat kedua. Namun ketika COVID-19 melanda justru sektor yang terkena duluan adalah sektor pariwisata.

“Otomatis kebutuhan sekunder ini akan lama untuk bisa kembali pulih di era normal baru saat ini. Kenapa? Walaupun mal-mal sudah dibuka di era normal baru, masyarakat masih tetap takut,” ujar Aviliani.

Selain itu selama dua bulan terakhir, daya beli masyarakat cukup turun signifikan. Artinya, orang-orang yang bekerja dari rumah atau working from home tidak mendapatkan uang makan, uang lembur, dan sebagainya sehingga penghasilan mereka turun 50 persen.

Di samping, kata dia, mereka harus memenuhi kebutuhan pokok. Sebagian pekerja juga sudah menggunakan dana tabungannya. “Sedangkan untuk masyarakat menengah ke bawah yang biasanya masih bisa menghidupi diri sendiri, sudah harus menerima bantuan langsung tunai atau bantuan sosial,” ujar Aviliani.

Oleh karena itu, menurut dia, penyaluran dana bantuan sosial ini harus cepat agar daya beli tidak semakin menurun.

Sementara itu meskipun sejumlah daerah telah menyetop aturan Pembatasan Sosial Berskala Besarn (PSBB), namun kondisi sulit diperkirakan masih akan menghantam sektor perhotelan untuk waktu yang panjang.

Executive Director and Head of Hotels & Leisure for Valuation & Advisory Services Colliers Asia Govinda Singh mengatakan adanya lockdown, pembatasan sosial, dan pembatasan perjalanan di seluruh dunia bakal membuat outlook properti hotel tetap redup setidaknya hingga kuartal II/2020.

“Hotel tetap akan redup untuk jangka pendek melihat tingginya ketidakpastian yang bergulir. Namun, kami memperkirakan adanya stimulus pemerintah bisa menjadi bantalan bagi dampak jangka pendek dari Covid-19 sampai hotel bisa kembali pulih,” ujar Govinda melalui laporan tertulis, dikutip Selasa (9/6/2020). (rah/berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *