KISAH RASULULLAH (36):  Singa Padang Pasir

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



HAJINEWS.ID – Orang-orang terus menertawakan Rasulullah SAW setiap kali lewat. “Pembohong besar! Orang gila! Tukang sihir!”

Abu Jahal terus menyemangati orang-orang yang mengejek sambil kerap kali melontarkan caci maki juga.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Rasulullah SAW mendadak berhenti melangkah. Beliau berpaling dengan tenang menghadap Abu Jahal, dengan sorot matanya tajam. Abu Jahal berhenti dan terdiam. Dengan wajah sayu penuh belas kasihan, Rasulullah SAW memandang orang-orang kecil yang mengejeknya.

Seketika, sorak-sorai pun mereda. Semua orang yang berada di sekitar tempat itu terpesona melihat keadaan Rasulullah SAW. Baru kali ini mereka seolah disadarkan, betapa menyakitkannya ejekan mereka itu diterima Rasulullah SAW.

Sorot mata Rasulullah SAW seolah berkata, “Mengapa kalian mengejekku? Bukankah aku sedang berjuang menyelamatkan kalian dari kekejaman bangsa Quraisy dengan membawa Islam yang mulia? Seandainya kalian tahu, ejekan Abu Jahal itu tidak begitu menyakitkan dibanding kata-kata kalian, sebab kepada kalianlah Allah meyuruhku menebar kasih sayang.”

Tanpa sepatah kata pun, Rasulullah SAW berlalu. Orang-orang bubar dengan membawa perasaan masing-masing. Tatapan Rasulullah SAW tadi sangat berkesan di hati seorang budak perempuan. Ketika budak itu berjalan pulang, ia melihat Hamzah bin Abdul Muthalib datang.

Hamzah adalah paman Nabi, usia mereka hampir sebaya. Dari kecil, Rasulullah SAW dan Hamzah dibesarkan bersama, bermain bersama, dan menjadi sahabat karib. Karena itulah Hamzah begitu menyayangi Rasulullah SAW.

Hamzah berjalan gagah dan bangga memasuki Makkah. Ia betul-betul laki-laki perkasa dengan perawakan tinggi dan kekar. Dengan wajah angkuh, Hamzah melangkah sambil menyandang busurnya. Ia habis berburu.

Orang-orang yang melihatnya pun berbisik kagum. Namun, budak perempuan tadi merasa ada yang janggal, mengapa orang segagah ini tidak membela Baginda Nabi Muhammad ﷺ, keponakannya sendiri?

Mengapa ia bisa setenang itu?  Tahukah ia bahwa Nabi Muhammad SAW keponakannya, dicaci maki orang?

Baginda Nabi Muhammad SAW dihina pemimpin kabilah lain yang menjadi saingan Bani Hasyim!

Pantaskah ia disebut sebagai pemuda perkasa yang pantang menyerah pada lawan, sedangkan ia tidak berbuat apa pun ketika seorang keluarga Bani Hasyim dicaci maki orang?

Dengan dada hampir meluap, budak perempuan itu menegur Hamzah, “Tuan, tidak tahukah Anda apa yang menimpa kemenakanmu itu?”

Hamzah berhenti dan budak perempuan itu menceritakan apa yang dilihatnya. Dalam sekejap saja, wajah Hamzah memerah. Tanpa berkata apa pun, ia berbalik menuju Kakbah dengan langkah bergegas. Ia mencari Abu Jahal.

KEBIMBANGAN HAMZAH

Di depan Kakbah, Abu Jahal bercerita kepada beberapa temannya, “Puas rasanya melihat Muhammad dicaci begitu banyak orang”, ujar Abu Jahal, “Kalau kuberi semangat sedikit lagi, bukan tidak mungkin mereka akan memukulinya.”

Teman-temannya terlihat ikut bersemangat. Beberapa orang mulai ikut bicara, tetapi mendadak semuanya terdiam dan memandang ke satu arah. Abu Jahal ikut menoleh dan seketika kerongkongannya tercekat. Hamzah bin Abdul Muthalib, sang pahlawan Bani Hasyim, menjulang di belakangnya dengan mata menyala tanpa ampun.

“Beraninya engkau mencaci maki Muhammad, padahal aku telah memeluk agamanya? Coba lakukan penghinaanmu kepadaku jika engkau benar-benar jantan!”

Setelah berkata begitu, Hamzah melayangkan busurnya. Bunyinya mendecit, cepat , dan keras sehingga kepala Abu Jahal pun terluka.

Beberapa teman Abu Jahal serempak berdiri. Tampaknya, perkelahian tidak terhindarkan lagi. Ketika Abu Jahal melihat ini, ia mengangkat tangan untuk mencegah teman temannya. Abu Jahal yakin, dalam keadaan seperti itu, Hamzah tidak akan ragu-ragu membunuh orang.

Dengan napas tersengal, Abu Jahal memegangi kepalanya. Ia berkata sambil menahan marah, “Kita tinggalkan saja dia! Aku memang telah mencaci maki kemenakannya.”

Mereka pun pergi dengan geram dan murung. Namun, hati Hamzah belum lagi lega. Ia pulang dengan bimbang, “Mengapa begitu mudah kutinggalkan agama nenek moyangku?”

Setelah melewati malam yang gelisah, Hamzah akhirnya berdoa, “Ya Tuhan, jika Muhammad benar, teguhkanlah hatiku. Jika Muhammad salah, jauhkanlah aku darinya!”

Hamzah menemui Rasulullah SAW dengan sedih dan menceritakan semua kegelisahan hatinya. Rasulullah SAW lalu membacakan beberapa ayat Alquran.

Perlahan, hati Hamzah dipenuhi rasa tenang, haru, dan kagum. Dengan bulat hati, ia pun berkata, “Aku menyaksikan bahwa engkau itu sungguh benar, maka itu tampakkanlah agamamu, hai anak saudaraku!”

Bukan main bersyukurnya Rasulullah SAW. Kini, Islam telah memiliki benteng yang kuat dalam menghadapi kekerasan Quraisy. Hamzah memeluk Islam pada akhir tahun ke enam kenabian (nubuwwah).

Orang-orang Quraisy tidak putus asa, Mereka mempunyai cara lain untuk menekan perjuangan Rasulullah SAW.

 

SINGA ALLAH DAN SINGA RASUL-NYA

Kemudian seluruh kegagahan Hamzah dibaktikannya untuk membela Allah SAW dan agama-Nya, sehingga Rasulullah SAW memberi Hamzah julukan istimewa, Singa Allah dan Singa Rasulullah. Hamzah adalah komandan Sariyah yang pertama.

Sariyah adalah pasukan Muslim yang berangkat tanpa disertai Rasulullah SAW.

 

Bersambung. . .

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *