Nasehat Luqman kepada Puteranya: Memurnikan Tauhid, Hadirkan Allah, Perkuat Ibadah, Amar Ma’ruf Nahyi Munkar dan Rendah Hati

Nasehat Luqman kepada Puteranya
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. Mohammad Nasih, Pengajar di FISIP UMJ dan Pascasarjana Ilmu Politik UI, Guru Utama di Rumah Perkaderan MONASH INSTITUTE Semarang, Pengasuh Pesantren dan Sekolah Alam Planet NUFO Rembang. ( Redaksi Ahli Hajinews.id )

Hajinews – Luqman al-Hakim bukan seorang nabi, juga bukan keluarga nabi, tetapi nama dan ajarannya berjajar dengan nama dan ajaran nabi-nabi. Bahkan namanya menjadi salah satu nama surat yang kisahnya diceritakan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Luqman menyampaikan nasehatnasehat penting, dimulai dari hubungan dengan Allah sampai hubungan dengan sesama manusia. Pesan pertama yang disebutkan di dalam QS. Luqman: 13 adalah jangan menyekutukan Allah. Sebab, menyekutukan selain Allah kepadaNya adalah kedzhaliman besar.

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedhaliman yang besar”. (Luqman: 13)

Syirik disebut secara khusus sebagai kedhaliman yang besar, selaras dengan setidaknya dua ayat lain dalam al-Qur’an yang menegaskan bahwa Allah tidak akan pernah mengampuni dosa syirik. Dosa yang satu ini berbeda dengan dosa-dosa lain yang masih bisa diampuni oleh Allah.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (al-Nisa’: 46)

Satu ayat lain yang mirip dengan ini adalah:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (al-Nisa’: 116).

Ujung kedua ayat di atas sama-sama menyebut implikasi yang ekstrem bagi pelaku syirik (musyrik). Yang pertama menyebutnya mengada-adakan dosa besar. Dan yang kedua menyebutnya telah tersesat dengan kesesatan yang jauh.

Dalam konteks bertuhan, Allah menekankan tidak hanya sekedar beriman kepadaNya, tetapi beriman kepadaNya secara murni, tidak boleh mencampurkannya dengan beriman kepada yang selainNya. Beriman kepadaNya, tetapi juga beriman kepada yang lain, menyebabkan nilai iman itu menjadi batal alias sama saja dengan tidak beriman sama sekali. Penekanan kepada pemurnian iman hanya kepada Allah saja, ditekankan dalam banyak ayat, di antaranya:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan komitmen kepada-Nya secara lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (al-Bayyinah: 5)

Nasehat tentang keesaan Allah ini, di dalam al-Qur’an diikuti dengan penekanan bahwa Allah mengetahui tentang sesuatu yang sangat kecil sekalipun. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengawasan Allah.

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Luqman: 16).

Terus merasa bahwa Allah hadir dan mengawasi seluruh gerak-gerik bahkan yang tergetar di dalam hati akan menjadi penjaga dari perbuatan buruk yang balasannya juga adalah keburukan. Bagaikan orang yang merasa bahwa ia berada di dalam kawasan dengan kamera pengintai, tentu tidak akan berani melakukan kejahatan. Kesadaran tentang kehadiran Allah di mana pun dan kapan pun inilah yang akan mendorong manusia untuk senantia menjadi yang terbaik.

Pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan bukan tanpa konsekuensi. Ia membutuhkan pembuktian sikap penghambaan dengan kepasrahan total. Di antara yang harus dilakukan adalah dengan melakukan ritual khusus yang menunjukkan ini. Nasehat Luqman kepada puteranya adalah mendirikan salat.

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Luqman: 17)

Makna umum kata salat adalah du’aa’. Sebagai sebuah ritual khusus, salat diatur secara khusus pula, sehingga tidak boleh ditambah-tambah sesuka hati. Ritual ini, sepanjang sejarah umat manusia dengan rasulnya masing-masing terus mengalami perubahan tata cara teknisnya. Dan Nabi Muhammad menegaskan dengan tata cara sesuai dengan yang dilakukannya, tidak lebih tidak kurang. Beliau bersabda: “Salatlah kalian, sebagaimana kalian melihatku salat”. Menambah atau mengurangi ajaran Nabi Muhammad dalam hal ibadah mahdlah ini adalah bid’ah dlalaalah.

Dalam rangkaian pesan untuk mendirikan salat, terdapat pula perintah untuk memerintahkan yang ma’ruf dan sekaligus nahy munkar. Di dalam ayat-ayat yang lain, keduanya diposisikan secara bersamaan bagaikan dua sisi dari sekeping mata uang. Bahkan di dalam ayat yang lain, al-Qur’an mengingatkan tentang kecenderungan meninggalkan nahy munkar.

كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (al-Maidah: 79).

Dalam menjalankan amar ma’ruf dan terutama nahyi munkar, pasti ada tantangan dan risiko. Karena itulah, Luqman juga menekankan untuk memiliki kesabaran atas apa yang menimpa. Mengatakan kebenaran bukan sesuatu yang berat. Sebab, pada dasarnya siapa pun, bahkan orang jahat sekalipun, tidak akan terganggu dengan perintah atau ajakan kepada kebaikan. Namun, tidak demikian dengan pencegahan terhadap kemunkaran, karena pelakunya akan terhalang dari yang biasanya dilakukan. Jika kemunkaran itu mendatangkan keuntungan, maka ia akan kehilangan keuntungan yang biasanya didapatkan. Itu yang akan menyebabkan pelakunya berang.

Pesan terakhir Luqman yang terdapat dalam al-Qur’an adalah berperilaku rendah hati kepada sesama manusia. Sebagai sesama makhluk Allah, tidak ada seorang pun yang layak untuk menyombongkan diri. Dan karena itulah, Allah tidak menyukai sikap sombong.

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Luqman: 18).

Sikap rendah hati menjadi salah satu prasyarat untuk meraih kesuksesan hidup. Karena itu, keseluruhan nasehat Luqman ini sesungguhnya sudah sangat komprehensif untuk meraih kesuksesan akhirat dan juga dunia.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *