Kisah Haru Rasulullah Menangis Melihat Putri dan Cucunya Hanya Makan Gandum Basi di Hari Idul Fitri

Ilustrasi Idul Fitri (ist)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Idul Fitri merupakan salah satu hari raya besar yang dinantikan umat islam. Setiap kaum muslimin di segala penjuru dunia memiliki cara, tradisi dan kebiasaanya sendiri dalam menyambut hari suci nan bersih ini.

Di Indonesia setiap idul fitri, kaum muslim mudik ke kampung halaman, berkumpul dengan keluarga, bersilaturahmi, dan bersantap makanan khas lebaran.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pada masanya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam beserta keluarga tercintanya juga memiliki cara, tradisi dan kebiasaan sendiri yang diabadikan oleh sahabat Rasulullah dalam sebuah kisah.

Namun, berbeda dengan kaum Muslimin di zaman sekarang, tidak hanya diisi oleh kebahagiaan keluarga semata tapi juga diisi oleh ibadah yang mulia, salah satu contohnya adalah membahagiakan kaum fakir dan miskin.

Sebagaimana dilansir KabarLumajang dari sebuah kisah yang diceritakan oleh Ibnu Rafi’i dan tertuang di dalam (Musnad Imam Ahmad, jilid 2, hlm. 232)

Pada malam Takbiran, Sayyidina Ali bin Abi Thalib terlihat sibuk membagi-bagikan gandum dan Kurma.

Beliau bersama istrinya, Sayyidah Fatimah az-Zahra, Sayyidina Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung kurma.

Terlihat, Sayyidina Ali memanggul gandum, sementara istrinya Sayyidah Fatimah menuntun Sayyidina Hasan dan Husein.

Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni.

Esok harinya tiba Sholat Idul Fitri.

Mereka sekeluarga khusyuk mengikuti Shalat berjamaah dan mendengarkan khutbah.

Selepas khutbah ‘Id selesai, keluarga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri.

Sahabat beliau, Ibnu Rafi’i bermaksud untuk mengucapkan selamat Idul Fitri kepada keluarga putri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Sampai di depan pintu rumah, alangkah tercengang Ibu Rafi’i melihat apa yang dimakan oleh keluarga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu.

Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah, Sayyidina Hasan dan Husein yang masih balita, dalam Idul Fitri makanannya adalah gandum tanpa mentega, gandum basi yang baunya tercium oleh sahabat Nabi saat itu.

Seketika itu Ibnu Rafi’i berucap istighfar sambil mengusap-usap dadanya seolah ada yang nyeri di sana.

Mata Ibnu Rafi’i berlinang butiran bening, perlahan butiran itu menetes di pipinya.

Kecamuk dalam dada Ibnu Rafi’i sangat kuat, setengah berlari ia pun bergegas menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Sesampainya tiba di depan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Ya Rasulullah, ya Rasulullah, putri baginda dan cucu baginda,” ujar Ibnu Rafi’i.

“Ada apa wahai sahabatku?” tanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

“Tengoklah ke rumah putri baginda, ya Rasulullah. Tengoklah cucu baginda Hasan dan Husein.” ucap Ibnu Rafi’i.

“Kenapa keluargaku?” Rasulullah kembali bertanya.

“Tengoklah sendiri oleh baginda, saya tidak kuasa mengatakan semuanya.” ucap Ibu Rafi’i.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pu bergegas menuju rumah Sayyidah Fatimah.

Tiba di teras rumah, tawa bahagia mengisi percakapan antara Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah dan kedua putranya.

Mata Rasulullah berlinang, beliau menangis melihat keluarga putri tercinta dan dua cucunya yang hanya makan gandum basi di Hari raya Idul Fitri.

Di saat semua orang berbahagia, di saat semua orang makan yang enak-enak.

Keluarga Rasulullah penuh tawa bahagia dengan hanya makan gandum yang baunya tercium tidak sedap.

“Ya allah, Allahumma Isyhad… Ya Allah, Allahumma Isyhad… (Ya Allah saksikanlah, saksikanlah) di Hari Raya Idul Fitri keluargaku makanannya adalah gandum yang basi. Mereka mencintai kaum papa, ya Allah. Mereka mencintai kaum furqan dan masakin. Mereka relakan lidah dan perutnya mengecap makanan basi, asalkan kaum fakir-miskin bisa memakan makanan yang lezat. Allahumma Isyhad, saksikanlah ya Allah, saksikanlah.” bibir Rasulullah berbisik lembut.

Sayyidah Fatimah tersadar kalau di luar pintu rumah, sang ayah sedang berdiri tegak.

Sayyidah Fatimah bertanya, “Duhai ayahanda, ada apa gerangan ayah menangis?”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tak tahan mendengar pertanyaan itu.

Setengah berlari ia memeluk putri kesayangannya sambil berujar, “Surga untukmu, Nak… Surga untukmu.”

Demikianlah, menurut Ibnu Rafi’i, keluarga Rasulullah saat Hari Raya Idul Fitri menyantap makanan yang basi dan bau.

Ibnu Rafi’i berkata, “Aku diperintahkan oleh Rasulullah agar tidak menceritakan tradisi keluarganya setiap Idul Fitri dan aku pun simpan kisah itu di dalam hatiku. Namun, selepas Rasulullah wafat, aku takut dituduh menyembunyikan Hadits, maka aku ceritakan hal ini agar menjadi pelajaran bagi segenap kaum Muslimin.

Itulah kisah haru keluarga Rasulullah yang merelakan lidahnya mengecap dan perutnya menerima gandum basi agar kaum fakir-miskin bisa makan makanan yang lezat.

Sungguh perbuatan mulia yang berat rasanya bila dilakukan oleh kita semua.

Semoga bisa menjadi ilmu dan pengetahuan bagi kita semua dan semoga Allah menjadikan kita sebagai golongan orang-orang yang selalu bersyukur atas semua nikmat yang telah diberikan-Nya. Aamiin Yaa Mujibas Saailiin.(dbs)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *