Membuat  Khawatir Semua Pihak, Ini Penyebab Utang BUMN Menggunung

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terus menggunung menjadi kekhawatiran banyak pihak.

Apa yang membuat utang BUMN bisa menggunung?

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga Surabaya (Unair), Ni Made Sukartini mengatakan, BUMN secara akuntansi memiliki laba, tapi sangat kecil.

Namun jika dikaitkan dengan konsep laba ekonomi, bisa jadi laba tersebut lebih besar.

Hal ini dapat dilihat di antaranya kontribusi BUMN pada penyerapan tenaga kerja, peningkatan output, menjaga kestabilan harga, dan kontribusi pajak.

“Nilai laba sebesar Rp 165 triliun pada tahun 2019 memang mengindikasikan kinerja belum baik atau defisit, mengingat jumlah BUMN sekitar 117. Itu sebabnya, laba sebesar Rp 167 triliun untuk 117 BUMN dapat kita katakan sangat kecil dan pasti lebih banyak yang masih defisit dibanding yang baru BEP (Break Event Point) dan untung atau surplus meski dengan nilai kecil,” ungkap dosen yang akrab disapa Made itu, Senin (14/6/2021).

Dalam pelaksanaannya, lanjut Made, BUMN melayani ratusan juta penduduk.

Menurut Made, secara ekonomi sangat aneh jika masih defisit dalam kinerja keuangan, karena tidak perlu bersaing mencari pelanggan, karena masyarakat sudah menjadi pembeli yang sangat potensial.

Terkait hal itu, Made menegaskan, manajemen perusahaan yang belum optimal.

“Bisa jadi dalam manajemen sumber daya manusia, manajerial, atau dalam konteks operasional lainnya. Selain faktor kinerja manajerial, relatif rendahnya kinerja keuangan BUMN kita bisa jadi juga terkait pemanfaatan teknologi produksi yang masih sederhana atau tradisional,” jelasnya.

Berkaca dari hal tersebutlah, menurut Made, yang perlu dilakukan untuk mengatasi utang BUMN adalah revolusi manajerial.

Artinya, memang harus ada peningkatan efisiensi kinerja perusahaan, berupaya keluar dari zona nyaman, menuju kondisi BEP, dan menuju kondisi surplus yang diharapkan dalam jangka panjang mampu menutup utang.

“Dengan adanya perubahan manajerial dan bertindak dalam kondisi persaingan pasar, maka perusahaan seharusnya mampu bekerja lebih efisien, kinerja keuangan membaik, dan berupaya mengurangi atau menutup utang,” pungkasnya.

Untuk diketahui, total utang perusahaan-perusahaan pelat merah menembus angka sekitar Rp 5.000 triliun.

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menjabarkan, dari total tersebut terbagi menjadi dua macam jenis utang, yakni utang pendanaan dan utang non-pendanaan. (dbs).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *