Masjid Ditutup: Indonesia, Turkey Jilid Dua

Masjid Ditutup: Indonesia, Turkey Jilid Dua
Masjid Ditutup: Indonesia, Turkey Jilid Dua. Foto/dok ist
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Abdurrahman Lubis, Pemerhati Keislaman

Hajinews.id – Ketika safari dakwah ke Turkey, kami menyempatkan datang ke Syprus. Negeri yang bagian selatannya di bawah Turkey dan di Utaranya masih dijajah Yunani.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Di Turkey Utara, mayoritas gereja sudah ditinggalkan jemaatnya.

Di sana hanya ada satu azan, yang direlay secara sentral dari siaran Radio nasional, seakan masjid cuma satu. Tapi kalau iqomah, dilakukan oleh masing masing gereja (baca: gereja yang sudah jadi mesjid).Setiap jamaah yang mau solat datang dan bikin shaf dadakan, selesai solat beresin lagi seperti biasa.  Seakan gereja itu masih berfungsi, karena ornamen dan bentuknya tidak boleh diubah. Demi toleransi Antar umat beragama.

Di beberapa masjid yang kami kunjungi dan tempat iktikaf , di Istanbul, hampir semua ada makam ulama atau imam mesjid yang dibunuh oleh rezim Kemal At Tarturk,  pemerintah yang liberal dan komunis. Di satu pasar yang tak jauh  dari mesjid, pagi-pagi kami sudah diajak makan di warung gratis. Setiap orang diajak makan, selesai makan diajak solat ke mesjid. Saya tanya, dari mana biayanya ? Mereka jawab, “kami patungan fii sabilillah”.

Masya Allah.

Setelah itu kami berkunjung ke satu mesjid yang tak jauh dari kampung antoqiyah.

Tempat Nabi Ibrahim alaihi salam dilempar dengan ketapel raksasa. Akhirnya masuk ke dalam api, ternyata Allah kirim kepingan surga Firdaus.

Raja Namrut yang zalim menyangka Ibrahim alaihi salam sudah binasa..

Kematian Namrut pun sangat hina dan mengenaskan, begitu juga kematian Kemal At Tarturk, kena penyajit terkutuk, yang saat itu belum ada obatnya. Kemal sempat menutup seluruh mesjid dan tidak boleh azan.Sekali waktu di perjalanan ia mendengar suara azan, lalu diperintahkannya agar petugas membakarnya.

Bahasa arab diganti bahasa Turkey. Bahkan anak-anak yang memakai jilbab dipenjarakan dan mardrasah-madrasah ditutup. Tidak boleh belajar figih dan akidah, juga bahasa arab. Di zaman Erdogan hal itu dikembalikan. Seorang Mufti yang sempat saya temui, mengatakan perjuangan Erdogan sangat mendasar, yakni mengembalikan  Turkey seperti di era Usmaniyah.

Sekarang

Mesjid penuh, sebelum azan dikumandangkan mesjid sudah penuh. Salat subuh seperti solat jumat.

Zakat dimajukan setiap bulan Sya’ ban. Tidak menunggu Syawal. Amil zakat jemput bola, bukan menunggu di mesjid. Sehingga antisipasi sebelum nisab, sudah bayar zakat. Dari hasil infaq dan zakat bisa membangun 100 mesjisd mewah setiap tahun, dan membantu ke luar negeri. Ada 2.5 juta anak terlantar/yatim piatu dari Suriyah sebagai korban perang yang ditampung Erdogan dan dikasi makan serta pendidikan di mesjid-mesjid.

Waktu Erdogab dikudeta saingan politiknya, ia sedang berlibir di luar kota. Ia cukup menelpon ke Dewan Mesjid Turkey untuk mengerahkan jemaah ke Istana. Hanya 18 jam,   kudeta itu gagal, dan istana kembaki ke Erdogan. Tanpa tentara tanpa pasukan, hanya dengan kekuatan jemaah mesjid.

Waktu kami mendarat di airport   Istanbul, sejumlah petugas membuntuti ke mesjid di tempat kami iktikaf. Mereka pikir kami dari ISIS yang penampilannya mirip. Teman-teman sudah ketakutan, saya bilang “tenang, mereka hanya bertugas”.

Setelah saya ajak berbincang ternyata mereka sedikitpun tidak menggolongkan kami teroris dan kelompok radikal. Hanya mereka ingin mengamankan, jangan sampai ada yang menyalah gunakan dengan menyusup ke dalam jamaah. Persis seperti intelijen di Jepang, mengikuti kami dan jemaah dibimbing ke mesjid-mesjid yang dituju. Mereka sudah dapat informasi ada jamaah, berapa orang dan tujuannya ke mana.

Kami dibimbing sampai ke Nagoya, Nagano, Tokyo. Kadang saya merasa iri dengan negeri-negeri tersebut, pihak intelijen dan imigrasinya demikian profesional.  Mereka tidak mempersulit jamaah. Di negeri saya yang Islami, tapi masih banyak yang arogan dengan jamaah..

Coba perhatikan, Negeri-negeri yang menerima jemaah senantiasa berkah, seperti Inggeris dan Prancis. Inggeris kini sudah 3000 mesjid dan tiap mesjid ada madrasah tahfiz al Quran. Waktu saya balik dari Jepang, meneruskan di Hongkong dan ke Macao. Di Macao yang penghasilan negaranya 90 persen dari minuman keras, judi dan perempuan, hanya ada satu mesjid.

Tapi, imamnya adalah anak muda dari London yang hafiz quran. Setiap tahun Inggeris menerima muallaf 30 sd 35 persen. Yang melakukan dakwah ke rumah rumah adalah jamaah tabligh dari India, Pakistan dan Bangladesh.

Ratusan gereja sudah tutup dan dilelang oleh negara karena tak ada jemaatnya.

Apa kabar Indonesia ? Akankah jadi Turkey jilid dua ..?

Jangan tanya presiden dan Menteri agama, tapi tanyalah diri sendiri..

Masihkah mau berpangku tangan jadi penonton,

atau berjuang…..?

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *