PCR Indonesia Jauh Lebih Mahal dari India, Eks Direktur WHO Asia Tenggara: Perlu Diselidiki

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Tingginya biaya tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di Indonesia memunculkan pertanyaan tersendiri di kalangan masyarakat.

Karena itu Eks Direktur WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, meminta adanya penelusuran mendalam mengenai tingginya biaya tes PCR di Indonesia.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Seperti diketahui, PCR digunakan untuk mendiagnosis penyakit Covid-19, yaitu dengan mendeteksi material genetik virus Corona.

Hingga kini, biaya PCR di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan biaya PCR di India.

Tjandra juga menceritakan, berdasarkan penuturan temannya dari India, pemerintah setempat bahkan memberikan subsidi terkait biaya tes PCR.

“Juga mungkin karena ada fasilitas keringanan pajak, yang saya tidak punya informasi yang pasti tentang hal itu.”

“Banyak juga dibicarakan tentang lebih murahnya bahan baku untuk industri. Juga mungkin ketersediaan tenaga kerja yang besar jumlahnya,” ujar Tjandra kepada Tribun, Sabtu (14/8/2021).

Lebih tingginya biaya tes PCR di Indonesia dibanding di India, menurut Tjandra harus dianalisa lebih lanjut.

Tetapi yang jelas, selain tarif PCR harga obat-obatan di India juga amat murah bila dibandingkan dengan Indonesia.

“Pada waktu saya 5 tahun bertugas di WHO Asia Tenggara yang berkantor di New Delhi India,

Maka setiap kali pulang ke Jakarta dirinya selalu membawa titipan obat-obat dari teman-teman di Indonesia untuk konsumsi sehari-hari mereka,” ujarnya.

Pengalaman Tjandra sewaktu menjabat Direktur WHO Asia Tenggara dan berkantor di New Delhi, biayanya tes PCR 2400 rupee, atau Rp 480.000.

Waktu itu tarif tes PCR di Indonesia masih sekitar lebih dari 1 juta rupiah.

Pada November 2020 pemerintah kota New Delhi menetapkan harga baru yang jauh lebih rendah lagi, hanya 1200 rupee atau Rp 240.000.

Lalu turun lagi harga tarif PCR menjadi 800 rupee saja (Rp 160.000) untuk pemeriksaan di laboratorium dan RS swasta.

Selanjutnya awal Agustus 2021 ini pemerintah kota New Delhi menurunkan lagi patokan tarifnya, menjadi 500 rupee, atau Rp 100 ribu saja.

Kalau pemeriksaannya dilakukan di rumah klien maka tarifnya adalah 700 rupee, atau Rp 140 ribu rupiah.

Sementara itu tarif pemeriksaan rapid antigen adalah 300 rupee atau Rp 60 ribu rupiah.

Pemerintah kota New Delhi juga meminta agar laboratorium swasta di kota itu dapat menyelesaikan pemeriksaan dan memberi tahu hasilnya ke klien dalam satu kali 24 jam.

termasuk juga melaporkannya ke portal pemerintah yang dikelola oleh Indian Council of Medical Research (ICMR) sehingga ditanya segera dikompilasi di tingkat nasional, mencegah keterlambatan pelaporan, inisiatif yang bagus.

“Tentang perbandingan harga tes PCR dengan India, sebenarnya bukan hal yang baru,” kata Tjandra.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *