Kehormatan Semu

Kehormatan Semu
Jalaluddin Rumi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Suatu malam, Jalaluddin Rumi mengundang Gurunya Syekh Syamsuddin Tabrizi ke rumahnya.

Sang Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Rumi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Setelah semua hidangan makan malam siap, Syamsuddin berkata pada Rumi,
“Apakah kau bisa menyediakan minuman khamr (arak) untukku?”

Rumi kaget mendengarnya,
“Memangnya Guru minum khamr..?”

“Iya”, jawab Syamsuddin.

Rumi masih terkejut,
”Maaf, saya tidak mengetahui hal ini.”

“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah.”

“Di waktu malam seperti ini, dari mana saya bisa mendapatkan arak?”

“Perintahkan saja salah satu pembantumu untuk membelinya.”

Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang.”

“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman arak tsb.”

“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman arak..?”

“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur.”

Karena kecintaan pada Gurunya Syamsuddin, akhirnya Rumi memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.

Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.

Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak.
Ia terlihat membeli botol minuman kemudian ia sembunyikan di balik jubah lalu keluar.

Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak.
Hingga sampailah Rumi di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.

Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak;
“Wahai jamaah sekalian..! Syeikh Jalaluddin Rumi yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman keras..!”

Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Rumi.
Khalayak melihat botol yang dipegang Rumi.

“Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang..!”, orang itu berteriak lantang dan provokatif.

Orang-orang mulai marah besar, kemudian bergantian meludahi muka Rumi dan memukulinya hingga surban yang ada di kepalanya lengser ke leher.

Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya.

Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi, hingga ada juga yang berniat membunuhnya.

Tiba-tiba terdengar suara lantang Syeikh Syamsuddin Tabrizi,
“Wahai orang-orang tak tahu malu..!!
Kalian telah menuduh seorang ulama yang faqih dengan tuduhan minum khamr,
Ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan.”

Seseorang dari mereka masih mengelak dan bicara menantang.

“Itu bukan cuka, itu arak. Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri Rumi membelinya di kedai Arak”, katanya

Lalu Syeikh Syamsuddin mengambil botol dan membuka tutupnya.
Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya.

Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang benar-benar cuka.

Rupanya sang guru sebelum pergi ke rumah Rumi terlebih dulu mampir ke toko minuman Arak tersebut dan berpesan jika Rumi datang membeli Arak maka berikanlah botol ini padanya, (botol yang terlebih dulu sudah diisi cuka oleh sang Guru)

Mereka lalu memukuli kepala mereka sendiri sebagai bentuk penyesalan, dan kemudian bersimpuh di kaki Rumi.

Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Rumi hingga pelan-pelan mereka pergi satu demi satu.

Rumi berkata pada Syeikh Syamsuddin,
“Malam ini Guru membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri di depan umatku.
Apa maksud semua ini?”

Syeikh Syamsuddin menjawab dengan bijak,
“Agar kau mengerti bahwa kehormatan dan wibawa yang kau banggakan ini hanya semu semata.”

“Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi..?”

“Padahal kau lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli kepalamu dan hampir saja membunuhmu.”

“Inikah penghormatan yang selama ini kau bangga-banggakan dan perjuangkan yang akhirnya lenyap hanya dalam sesaat..?”

_”Maka mulai hari ini ber
hentilah untuk mencari penghormatan dari sesama manusia._
Dan bersandarlah hanya pada zat yang Maha Mulia, yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman.”

“Dia Yang Maha Tahu siapa yang sesungguhnya manusia Terhormat sejati, dan siapa yang hanya mencari kehormatan palsu.”

***

Semoga kita dapat memetik hikmahnya.

Dikutip dari kitab:
Masnawi 2: Kisah-kisah Fantastis dari Persia.
( Bab Jalaluddin Rumi )

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *