Ajaran Sufisme Muhammad Hatta

Ajaran Sufisme Muhammad Hatta
Ajaran Sufisme Muhammad Hatta
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Proklamator Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang satu ini, memang unik. Pengalaman hidup beliau seperti sebuah “Kitab” yang berisi lembaran-lembaran mutiara kehidupan yang sangat baik dibaca. Tentu saja karena beliau sudah meninggal, maka warisan beliau-lah yang mesti “dibaca”. Salah satunya adalah ajaran sufisme yang beliau warisi dari kakeknya. Berikut kami kutipkan “sepenggal” gambaran ajaran sufisme beliau yang kami temukan dalam buku Biography yang di tulis oleh tangan Muhammad Hatta sendiri.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ayah kandungnya bernama Haji Muhammad Djamil, anak Syekh Batuhampar, meninggal di usia 30 tahun, saat Muhammad Hatta baru berumur 8 bulan. Syekh Batuhampar kakeknya bernama Datuk Syekh Abdul Rahman seorang Sufi yang luas pengaruhnya. Seorang pejuang Islam yang melawan masuknya penjajah di Sumatera Barat khususnya dan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Malaya pada umumnya melalui jaringan tarekat yang dimilikinya. Beliau saat belajar ke Mekah, dipengaruhi oleh Karya-Karya Al-Gazali, meskipun tidak merasa “cukup” dengan ajaran Imam Asy’ari tentang “sifat dua puluh”. Namun tidak berarti menentangnya.

Menurutnya; “sifat dua puluh tidak mesti dihafal dari luar kepala, melainkan dimasukkan dalam hati. Hanya dengan perasaan dekat (kariib), kepada Allah, manusia dapat menginsafi tugasnya di atas dunia yang fana ini. Beliau mengajarkan pula bahwa; “tidak cukup kalau seorang muslim hanya sembahyang lima kali sehari, puasa, membayar zakat dan fitrah, serta kalau mampu pergi ke Mekah menunaikan Ibadah Haji, melainkan mesti benar-benar menginsafi semua itu, bermula sekali dengan melanggengkan ucapan kalimat syahadat.

Allah tidak kekurangan suatu apa pun, tidak kurang hormat, tidak kurang kebesaran, tidak ingin disembah dan dipuji. Sembah dan pujian kepada Allah tidak lain maksudnya daripada didikan kepada diri sendiri, supaya menjadi orang yang baik dan cinta kepada yang benar yang ditunjukkan Allah, kepada yang adil dan jujur, serta kasih sayang antar sesama manusia.

Takut kepada Allah ujudnya menjauhkan yang jahat dan salah.

Mengabdi kepada Allah ujudnya supaya pikiran dan minat tertuju kepada segala perbuatan yang benar, adil, dan baik, serta meninggalkan segala yang buruk yang merusak akhlak.

Selama ia hidup di dunia ini, manusia hendaklah mencoba sedapat-dapatnya berbuat menurut sifat dan budi yang dipujikan kepada Allah yang Pengasih dan Penyayang dan Mahaadil.

Tindakan tarekat dipandangnya jalan yang sebaik-baiknya untuk menyesuaikan perbuatan dengan ucapan, untuk menyamakan amal dan ibadah. Jalan ke situ pada umumnya ialah melatih diri untuk hidup suci, menaati peraturan-peraturan moral yang tegas dan tepat, memusatkan pikiran dalam segala perbuatan kepada Allah SWT.

Sewaktu diri dilatih dengan duduk seorang diri sambil menumpahkan segala ma’rifah kepada Allah swt, untuk menempuh jalan tarekat ini perlu ada pimpinan dari seorang guru (mursyid). Ratib dan dzikr adalah jalan ke situ dan berguna, selama dengan itu rasa cinta kepada Allah swt lebih besar (daripada kepada selain-Nya) dan bertambah kuat. Tetapi ratib dan zikir yang mengakibatkan lupa kepada Allah adalah haram hukumnya.

Demikian pokok-pokok ajaran Syeikh Batuhampar, kakek dari Muhammad Hatta, yang tidak pernah dijumpainya, sebab beliau sudah berpulang ke Rahmatullah sebelum beliau lahir. Tulis Muhammad Hatta dalam biography-nya.

Setelah beliau meninggal, posisinya sebagao Syeikh Batuhampar, digantikan anak sulungnya yakni Haji Arsyad.

Sungguh pun ayah Gaekku Arsyad–demikian kupanggil beliau–sudah menjadi Syeikh Batuhampar, ketua agama di situ, orang banyak masih saja menyebut beliau “Tuanku nan Muda”, selalu digambarkan dalam bayangan “Yang Tua” yang sudah meninggal. Dari Ayah Gaekku itu kemudian kudengar bahwa Datukku selalu memperingatkan bahwa “jalan ke ajaran tarekat baru dapat ditempuh oleh mereka yang sudah cukup pengetahuan agamanya. Ajaran tarekat adalah pengunci didikan agama. Jalan ke situ bertangga naik, tidak dapat dilalui dengan meloncat-loncat. Untuk masuk ke dalam tarekat, orang harus insaf benar bahwa dalam agama tidak ada paksaan– la ikraha fiddin Jalan ke Tuhan ialah meyakinkan orang lain di mulai dengan meyakinkan diri sendiri. (Tulis Muhammad Hatta selanjutnya)

Karena pengaruhnya yang begitu besar, Syeikh Abdul Rahman dapat mendamaikan apa yang selalu terasa bertentangan di Minangkabau antara hukum Islam dan hukum adat, terutama yang mengenai harta pusaka. (Lanjutnya).

Kenang Muhammad Hatta, pada suatu waktu beliau bertanya kepada Syeikh Arsyad, “benarkah seperti yang kudengar dari Haji Ismail, seorang sahabat Pak Gaekku dari Matur–bahwa Allah bersemayam di langit yang ketujuh di atas satu sin ggasana yang indah sekali, dilingkungi oleh malaikat dan bidadari? Malaikat dan bidadari itu menerima perintah yang harus disampaikan ke dunia dari sehari ke sehari. Wajah Tuhan bagus benar, tidak ada taranya di dunia ini. Tuhan digambarkannya arah manusia juga, tetapi sempurna dalam segalanya. Rambut, kumis dan jenggotnya putih tidak bercela-cela. Pandangannya tajam, tetapi menenangkan. Sungguh pun berambut putih, Allah tidak pernah tua, tidak berubah-ubah, tetapi seperti itu selama-lamanya.

Beliau tersenyum mendengar ceritaku itu lalu berkata bahwa pandangan itu salah. Suatu pandangan yang dikarang-karang oleh manusia tetapi tidak benar sama sekali. Kita manusia dan segala yang hidup di atas dunia adalah baharu. Alam, matahari, bulan, dan bintang semuanya baharu. Semuanya buatan Tuhan. Segala yang terjadi ada yang menjadikannya. Ada awal, ada akhir. Tuhan yang menjadikan tidak baharu, ada selama-lamanya, tunggal, tidak dijadikan. Segala yang dijadikan sifatnya baharu dan Tuhan tidak baharu. Allah Tunggal tidak dapat serupa dan diserupakan dengan yang dijadikannya. Kalau serupa dan sama, itu tidak tunggal lagi.

Oleh karena itu, Allah adalah zat yang tidak serupa dengan yang baharu. Tidak dapat digambarkan dengan rupa manusia, tidak dapat dikatakan dengan bentuk dan rupa apapun di dunia ini. Yang kita tahu hanya Allah ada, sebab dibuktikan oleh yang dijadikan-Nya.

Allah yang ada selama-lamanya itu, mengetahui semuanya dan mendengar semuanya. Allah Mahabesar dan Mahakuasa. Dengan cintah dan tawakkal kepada Allah, kita dapat merasaka adanya Allah. Tidak ada tempat takut, selain hanya kepada Allah.

Orang Islam yang berjalan di atas jalan Allah tidak perlu gentar, tidak perlu takut, sekalipun berada seorang diri. Ia tak perlu merasa terpencil, tersendiri di tempat yang sunyi dan jauh sekali pun. Allah senantiasa disisinya. Inilah pangkal kekuatan baginya. Dan sebagaimana biasa beliau menyebutkan ayat-ayat Al-Quran yang tidak tertangkap olehku karwna aku tak mengerti bahasa Arab. (tulisan Muhammad Hatta).

Membaca buku biography Muhammad Hatta yang ditulis sendiri oleh Beliau, sangat baik dan besar manfaatnya. Terutama kepada generasi muda Islam yang tahu Muhammad Hatta sepintas dari membaca buku Alam Pemikiran Yunani karya beliau. Membaca biography Muhammad Hatta sama dengan membaca Indonesia menuju kemerdekaan, hingga awal-awal proses mengisi kemerdekaan. Di dalamnya banyak kisah tentang para guru beliau seperti yang antara lain telah kami kutipkan diatas. Juga tentang para sahabat beliau dalam perjuangan kemerdekaan, baik semasa masih kuliah di Belanda maupun hingga Beliau memimpin berbagai momentum penting dari tahapan-tahapan perjuangan merebut kemerdekaan.

Semoga catatan singkat diatas, dapat menjadi penggugah kepada para pembaca untuk membaca sendiri secara tuntas buku Biography Muhammad Hatta, salah satu sosok Tokoh Bangsa yang utama untuk disampaikan jejak perjuangannya kepada generasi muda ditanah air, agar diteladani dalam mengisi kemerdekaan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *