Gawat! Di Balik Gemerlap MotoGP, Pertamina Remuk Redam

Pembalap Red Bull KTM Factory Racing Brad Binder (kanan) memacu kecepatan sepeda motornya saat sesi latihan bebas 2 MotoGP seri Pertamina Grand Prix of Indonesia 2022 di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok Tengah, NTB, Jumat (18/3/2022). Ajang balapan MotoGP seri kedua 2022 tersebut berlangsung pada 18-20 Maret 2022. ANTARA FOTO/Andika Wahyu/hp.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id — Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto mengingatkan bahwa kondisi cashflow mismatch Pertamina sangat berbahaya bagi keberlangsungan usaha BUMN tersebut ke depan. Apalagi, dalam kondisi seperti itu, Pertamina tetap harus menjamin stok operasi BBM di seluruh wilayah Nusantara paling tidak untuk 21 hari. Agar bisa melakukan itu, Pertamina membutuhkan dana segar sekitar US$ 6 miliar (Rp 86 triliun).

Karenanya, menurut Sugeng, di balik gemerlap kesuksesannya sebagai aktor utama penyelenggaraan Pertamina Grand Prix of Indonesia atau MotorGP 2022 Mandalika beberapa hari lalu, sesungguhnya kondisi keuangan Pertamina sedang remuk redam. Ia menyebutkan, bila piutang Pertamina tersebut tidak dibayar oleh pemerintah dalam satu semester, maka Pertamina akan “selesai”.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“’Selesai’ itu artinya begini, Pertamina tidak bisa menjaga keandalan pasokan. Kalau sekarang, coba situasi apapun, Pertamina provide (BBM). Di mana pun sekarang, begitu ada kelangkaan sedikit, Pertamina isi. Artinya, Pertamina tetap committed untuk memberikan keandalan yang optimal. Tetapi kalau kemudian itunya (pembayaran piutang) berlanjut lewat satu semester, supply-nya mungkin agak berkurang,” kata dia.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Investor Daily, akibat lonjakan harga minyak mentah, Pertamina kini mengalami ketimpangan arus kas serius. Itu terjadi karena Pertamina harus membeli minyak mentah setiap hari, namun piutang Pertamina baru dibayar pemerintah beberapa tahun kemudian. Dalam empat tahun terakhir atau sejak 2017, akumulasi piutang Pertamina mencapai Rp 100 triliun lebih.

Dengan kenaikan harga minyak saat ini, Pertamina terpukul dua kali. Pertama, terkena biaya dana (cost of money) karena dana yang disediakan Pertamina untuk pengadaan dan pendistribusian BBM berasal dari pinjaman. Kedua, terkena perubahan nilai uang akibat pergeseran waktu (time value of money/TVM). Untuk TVM saja, biayanya mencapai US$ 1 miliar.

Kecuali itu, Pertamina tidak diperkenankan menaikkan harga BBM nonsubsidi, terutama Pertamax, kendati harga di pasar sudah naik. Bahkan, Pertamina menjual harga Pertamax jauh di bawah harga pasar. Para kompetitor Pertamina saat ini menjual BBM setara Pertamax sekitar Rp 14.500 per liter, namun Pertamina menjualnya seharga Rp 9.000 per liter.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *