Hajinews.id — Nilai tukar rupiah ditutup melemah 43 poin di level Rp15.597 atas dolar Amerika Serikat (USD) dalam perdagangan, Senin (31/10/2022) sore.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan, salah satu faktor internal pemicu mata uang garuda ini melemah karena adanya tekanan inflasi pada sejumlah negara.
“Dalam rangka menghadapi inflasi yang terjadi karena pemulihan pasca pandemi, bank-bank sentral di seluruh dunia saya rasa perlu menaikkan suku bunga dengan tambahan 2 poin persentase agar sesuai dengan target Bank Dunia,” ujar Ibrahim dalam rilis hariannya.
Lanjutnya, ketika peningkatan ini disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global akan melambat menjadi 0,5% pada 2023, kontraksi 0,4% dalam istilah per kapita yang akan memenuhi definisi teknis dari resesi global.
Oleh karena itu, Bank Indonesia melakukan survey, bahwa inflasi pada Oktober 2022 akan mencapai 5,8% secara tahunan (YoY).
Inflasi ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan inflasi pada September 2022 yang mencapai 5,95% secara tahunan (YoY).
“Sedangkan secara bulanan diperkirakan inflasi akan mencapai 0,05% yang disumbang oleh kenaikan harga bensin sebesar 0,06% dan tarif angkutan kota sebesar 0,04%,” lanjutnya.
Ibrahim menambahkan, Bank Indonesia sudah menerima mandat untuk menjaga laju inflasi, dan akan mencoba mengendalikan inflasi tergantung source atau akar permasalahan yang ada di lapangan.
Kata dia, strategi pengendalian inflasi di Indonesia bukan semata-mata dengan menaikkan suku bunga. Tetapi ada berbagai faktor yang mendorong laju inflasi, contohnya pasokan dan distribusi masing-masing komoditas.
Di samping itu, Ibrahim memprediksi, untuk perdagangan besok, Selasa (1/11) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.570 – Rp15.650.
Sumber: Okezone