Dokter Sebut Tak Ada Kandungan Gas Air Mata Korban Kanjuruhan Temuan BRIN

Aremania melakukan aksi menuntut pengusutan Tragedi Kanjuruhan seraya membawa foto para korban tewas dalam peristiwa itu. (AFP/JUNI KRISWANTO)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Badan Riset dan Informasi Nasional (BRIN) ternyata ikut andil dalam rangkaian autopsi jenazah korban Tragedi Kanjuruhan Malang, Jawa Timur (Jatim).

Hal itu diungkapkan Ketua PDFI Jatim, dr Nabil Bahasuan. Ia menyebut, ahli dari BRIN berperan melakukan pemeriksaan toksikologi, atau uji laboratorium untuk mengidentifikasi dan menghitung adanya cairan atau racun di dalam tubuh jenazah dua korban Tragedi Kanjuruhan yang diautopsi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Nabil menyebut dalam autopsi ini pihaknya mengambil beberapa sampel organ pada tubuh dua jenazah. Setelahnya, sampel itu mereka serahkan ke BRIN.

Hasil pemeriksaan oleh ahli dari BRIN, kata Nabil, tak menemukan adanya zat atau kandungan gas air mata pada jenazah dua korban.

“Dari hasil pengumpulan sampel yang ada pada kedua korban. Kami sudah mengumpulkan kepada BRIN, dan didapatkan tidak terdeteksi adanya gas air mata tersebut,” kata Nabil, ditemui di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur, Rabu (30/11).

Nabil menyebut keterangan lebih detail soal pemeriksaan toksikologi ini akan disampaikan langsung oleh ahli BRIN saat proses di pengadilan nanti.

“Untuk lebih jelasnya nanti di pengadilan bisa didatangkan ahli dari BRIN tersebut yang memeriksa hasil sampel toksikologi,” ujar dia.

Sementara pada pemeriksaan patologi, kata Nabil, pihaknya menemukan sejumlah luka akibat kekerasan benda tumpul.

Nabil menyebut pada jenazah pertama, korban NDR (16), ditemukan sejumlah tulang iga yang patah. Juga pendarahan yang parah.

“Hasil dari NDR, itu didapatkan kekerasan benda tumpul. Adanya patah tulang iga, 2, 3, 4, 5. Dan di sana ditemukan perdarahan yang cukup banyak. Sehingga itu membuat sebab kematiannya,” ujarnya.

Sedangkan pada jenazah korban kedua, yakni NDB ditemukan patah tulang dada atau tulang iga.

“Kemudian, adiknya NDB (13). Juga sama tapi ada di tulang dadanya. Patahnya itu. Juga di sebagian tulang iga, sebelah kanan,” ucapnya.

Nabil mengaku tak bisa terlalu detail mengungkap hasil autopsi jenazah. Pasalnya polisi hanya mengizinkannya menyampaikan sebagian kesimpulan.

Sebagai informasi, Tragedi Kanjuruhan terjadi usai laga Liga 1 antara Arema FC versus Persebaya Surabaya pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022.

Usai laga tersebut, aparat menembakkan gas air mata setelah sejumlah suporter turun ke lapangan. Gas air mata itu ditembakkan pula ke arah tribun penonton, sehingga suporter yang merupakan Aremania panik berdesak-desakan untuk segera berebut keluar stadion.

Hasil temuan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin Menko Polhukam Mahfud MD menyatakan gas air mata memanglah sebagai pemicu utama kepanikan berujung tragedi itu.

“Yang mati dan cacat serta sekarang kritis dipastikan setelah terjadi desak-desakan setelah gas air mata yang disemprotkan,” kata Mahfud dalam jumpa pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, usai menyerahkan laporan akhir TGIPF ke Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Jumat (14/10).

“Adapun peringkat keterbahayaan racun dari gas itu sedang diperiksa oleh BRIN [Badan Riset dan Inovasi Nasional],” tambahnya.

Meskipun demikian, dia menegaskan apapun hasil temuan BRIN itu tak akan mengurangi kesimpulan tim yang terdiri dari tokoh-tokoh lintas sektor itu.

“Tetapi apapun hasil pemeriksaan dari BRIN itu tidak bisa mengurangi kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama karena gas air mata,” kata Mahfud kala itu.

Hasil penyelidikan Komnas HAM yang telah diserahkan ke Jokowi via Mahfud pun menyatakan hal yang tak jauh berbeda dengan temuan TGIPF.

Kekinian, BRIN mengaku mengirimkan hasil analisis sampel korban tragedi Kanjuruhan ke Mahfud MD.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan pihaknya tidak akan mengungkap hasil temuan itu, karena kewenangan itu ada di tangan Mahfud.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan pihaknya tidak akan mengungkap hasil temuan itu, karena kewenangan itu ada di tangan Mahfud.

“Hasil analisis sesudah kami kirimkan ke Menko Polhukam, dan menjadi kewenangan beliau untuk menyampaikan hasil analisis yang komprehensif ke publik,” kata Handoko kepada CNNIndonesia.com, Rabu (30/11).

Handoko juga mengaku tidak bisa mengonfirmasi apakah hasil temuan BRIN sama dengan apa yang diungkap Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI). Sebelumnya, PDFI menyebut hasil autopsi korban Tragedi Kanjuruhan tak mengandung zat gas air mata.

“Kami tidak bisa berkomentar karena kami kurang tahu sampel yang dianalisa di BRIN itu apakah sampel dari korban yang sama?” ujar dia.

Sumber: cnnindonesia

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *