Arab Saudi dan Sepak Bola: Mutualisme Menuju Reformasi Kebudayaan?

Arab Saudi dan Sepak Bola
Arab Saudi dan Sepak Bola
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Pada dua edisi perdana, 2018 dan 2019, Final Piala Super Italia digelar di Stadion King Abdullah Sport City. Di tahun 2023 ini, Riyadh masih menjadi kota tuan rumah Final Piala Super Italia yang mempertemukan juara Seria-A, AC Milan, dengan kampiun Coppa Italia, Inter Milan. Laga yang berlangsung pada Kamis (19/1/2023) di Stadiun Internasional King Fahd itu menjadi saksi pembantaian Inter Milan atas AC Milan dengan skor 3-0. Saya sangat antusias menulis ini. Maklum, saya adalah seorang interisti sejak lebih dari 15 tahun lalu.

Berdasar dua venue besar tersebut, King Muhammad bin Salman tampak sedang merekonstruksi wajah Arab Saudi yang baru. Ambisi Raja Salman tersebut sangat tegak lurus dengan Visi 2030 Arab Saudi. Visi yang diresmikan pada tahun 2016 itu merupakan terobosan Kerajaan untuk mengurangi ketergantungan Arab pada sektor minyak bumi, mendiversifikasi ekonomi, dan mengembangkan layanan umum seperti kesehatan, pendidikan, huburan, dan pariwisata.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Nah, untuk sampai pada visi misi itu, Saudi perlu melakukan gebrakan signifikan di beberapa lini, terutama pada sektor kebudayaan, sosial, politik, hukum, dan agama. Visi 2030 membawa misi corak keberagamaan yang moderat dan terbuka terhadap peradaban luar. Terbaru, salah satu klub tersukses Saudi, al-Nassr, menggaet bintang Portugal, Cristiano Ronaldo, dengan mega-kontrak yang fantastis. Selain aspek nominal kontrak yang besar, kepindahan Ronaldo bisa dilihat sebagai manifestasi sikap Arab Saudi yang inklusif terhadap peradaban Barat.

Melalui sepak bola, wajah Arab Saudi menjadi tampak kontras dengan model sosial keagamaan yang selama ini telah mapan dibangun oleh kelompok Wahabisme. Melalui Supercopa de España dan Supercoppa Italiana, Arab Saudi seperti sadar bahwa sepak bola merupakan instrumen yang paling efektif untuk melakukan reformasi budaya.

Hubungan yang saling menguntungkan antara Saudi dengan Spanyol dan Italia dalam aspek sepak bola menjadi salah satu gestur krusial Raja Salman untuk membuka pintu relasi seluas mungkin dengan harapan tidak ada yang ragu lagi untuk bernegosiasi secara ekonomi atau kultural dengan Arab Saudi.

Tujuh tahun berlalu sejak Visi 2030 dibentuk, gerak Arab Saudi benar-benar terlihat. Kita tunggu saja, apakah pada 2030 Arab Saudi bisa terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia. Jika terpilih, tentu Visi itu akan terasa semakin sempurna. Menarik untuk mengamati bagaimana Arab Saudi bernegosiasi dengan budaya luar tanpa menghilangkan statusnya sebagai tanah suci umat Islam di seluruh dunia.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *