Menikmati Penerbangan 25 Jam Jakarta – New York

Menikmati Penerbangan 25 Jam
Menikmati Penerbangan 25 Jam
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Ilham Bintang

Hajinews.id – Setelah menempuh perjalanan 14 jam 40 menit dari Doha, Qatar, pesawat berbadan lebar Qatar Airways, QR 705, mendarat mulus di bandara John F Kennedy (JFK), New York City, Amerika Serikat. Tepatnya, Jumat (3/2) malam pukul 22.40 waktu setempat. Atau, Sabtu (4/2) pukul 10.40 WIB. Itu berarti perjalanan Jakarta – New York menelan waktu sekitar 25 jam.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sebelumnya, pesawat Qatar QR 959 yang menerbangkan kami ke Doha lepas landas Jumat (3/2) pagi pukul 08.45 WIB dari Bandara Soekarno Hatta. Penerbangan ditempuh 8 jam, dan dua jam transit di Hamad International Airport Doha, Qatar, untuk ganti pesawat.

Inilah untuk pertama kali perjalanan saya menelan waktu selama itu, setelah masa pandemi. Sebelum ini, ” latihannya” hanya ke Singapura, Kuala Lumpur, dan paling jauh Melbourne, Australia, yang waktu tempuhnya “hanya ” 7 jam.

Persoalannya, pandemi belum benar-benar reda. Di Indonesia, Presiden Jokowi baru mencabut PPKM (Peraturan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan tetap disarankan menaati protokol kesehatan. Begitu pun dengan Presiden AS Joe Biden baru akan mencabut aturan Covid19 di AS bulan Mei yang akan datang.

Dalam urusan ledakan kasus Covid19 negeri  Paman Sam kampiunnya. Penularan mencapai 102 juta kasus dan menelan korban 1,1 juta jiwa meninggal. Malah, hingga 3 Februari, penularan Covid19 di AS masih  64.375 kasus. Secara harian dalam seminggu, rerata 44.255 kasus. Di New York sendiri selama pandemi tercatat 3.2 juta kasus, 44.765 yang meninggal. Sampai 3 Februari masih ada 2.192, kasus harian rerata 2.096.

Maka, perjalanan ke AS ini memang harus ekstra waspada. Selain menaati protokol kesehatan tadi, tentu wajib memperbanyak doa.

Kunjungan ke New York kali ini “diprovokasi” putra kami dr Yassin Mohammad dan istrinya, dr Abigail Audy yang memimpin Klinik Keluarga Indonesia, Bamed.  Klinik Bamed mensupport Kami., salah satu dari jenama (brand fesyen) Indonesia yang akan tampil di  New York Fashion Week yang berlangsung 9-14 Februari.

Kami. membawa koleksi Charaka yang terinspirasi dari kekayaan lokal, yaitu Kain Tapis Lampung.  Pekan Mode New York merupakan pagelaran pekan mode yang diselenggarakan pada bulan Februari dan September setiap tahunnya di New York City, Amerika Serikat. Pekan mode ini merupakan salah satu dari “empat besar” dunia (bersama dengan Paris, London, dan Milan).

Tiga sekawan

Kami. dimotori oleh tiga sekawan  sejak SMA, yaitu Istafiana Candarini, Nadya Karina, dan Afina Candarini kemudian meminta dukungan Bamed.  Mereka meyakini NYFW merupakan panggung efektif untuk memasarkan produk busana Muslim ke dunia internasional. Point ini yang memprovokasi : Meletakkan Busana Muslim dalam peta mode dunia.  Ideal sekali. Memang butuh  support berbagai pihak.

Seat saya di pesawat beruntung flatbed, berfungsi tempat tidur sekaligus. Kebetulan hari itu deretan kiri kanan banyak kosong, sehingga selain berjarak bisa cepat tidur pulas. Dari Doha- New York lebih lapang lagi, Qatar menyediakan seat selain flatbed juga pakai pintu segala, yang menjamin nyaman tidur selama penerbangan. Sama sekali tidak merasakan guncangan. Hal lain yang patut diapresiasi  : tepat waktu dan keramahtamahan awak kabinnya melayani. Wajar  Qatar Airways mengantongi medali tujuh kali berturut sebagai maskapai terbaik dunia.

Hampir seluruh negara di dunia memang menganggap pandemi telah berakhir. Diukur dari penurunan jumlah kasus yang cukup signifikan dan secara kualitatif tidak lagi berdampak buruk.  Tapi tetap saja harus tahu diri. Saat check in di Bandara Soekarno Hatta, petugas Qatar Airways pun tetap memeriksa riwayat vaksinasi penumpang.

Musim dingin

Ini juga kali pertama saya masuk Amerika pada saat musim dingin ( winter). Sabtu (4/2) pagi saat tiba di New York, saya mencoba test tingkat kedinginan dengan keluar hotel. Dinginnya ternyata masih menusuk. Sinar matahari  memang cerah namun tidak bisa menghalau hawa dingin. Padahal, pakaian yang dikenakan sudah berlapis – lapis. Mulai dari  long john, sweater sampai jacket/ coat. Angin yang sesekali bertiup kencang membuat kulit wajah terasa kebas. Maklum saja cuaca   minus 14 derajat celcius.

Saya pertama kali ke negeri Paman Sam tahun 1991.  Tujuan Los Angeles, California. Waktu itu bersama Prof Salim Said, tokoh pers Rosihan Anwar, dan wartawan / redaktur kebudayaan Harian Pos Kota, Dimas Supriyanto ditugaskan pemerintah mengawal film produksi Nasional ” Bibir Mer” karya sineas Arifin C Noer yang ikut berkompetisi di seksi film berbahasa asing di Piala Oscar.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *