Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I, Puncak Satu Abad NU

Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I
Gus Mus
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



SIDOARJO, Hajinews.id – Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) membacakan rekomendasi Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I pada Puncak Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU), di Stadion Delta Sidoarjo, Selasa (7/2).

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlotut Tholibien, Leteh, Rembang itu membaca keputusan muktamar Fiqih Peradaban yang berlangsung sehari sebelum Puncak Satu Abad NU di Hotel Shangri-La, Surabaya Senin (6/2).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Gus Mus menyampaikan rekomendasi itu dengan Bahasa Arab yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid putri Gus Dur.

Muktamar Internasional Fikih Peradaban I dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin, Senin. Forum yang dihadiri ratusan ulama dari berbagai negara itu mengundang sedikitnya 15 pakar sebagai pembicara kunci, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I merekomendasikan

Nahdlatul Ulama berpandangan bahwa pandangan lama yang berakar pada tradisi fiqih klasik, yaitu adanya cita-cita untuk menyatukan umat Islam di bawah naungan tunggal sedunia atau negara khilafah harus digantikan dengan visi baru demi mewujudkan kemaslahatan umat.

‘’Cita-cita mendirikan kembali negara khilafah yang dianggap bisa menyatukan umat Islam sedunia, namun dalam hubungan berhadap-hadapan dengan nonmuslim bukanlah hal yang pantas diusahakan dan dijadikan sebagai sebuah aspirasi,’’ kata Gus Mus.

Sebagaimana terbukti akhir-akhir ini melalui upaya mendirikan negara ISIS. Usaha semacam ini menurut Gus Mus niscaya akan berakhir dalam kekacauan dan justru berlawanan dengan tujuan-tujuan pokok agama atau maqashidu syariah yang tergambar dalam lima prinsip; menjaga nyawa, menjaga agama, menjaga akal, menjaga keluarga, dan menjaga harta.

Dalam kenyataannya, usaha-usaha untuk mendirikan kembali negara khilafah, nyata-nyata bertabrakan dengan tujuan-tujuan pokok agama tersebut. Ini dikarenakan usaha semacam itu akan menimbulkan ketidakstabilan dan merusak keteraturan sosial politik. Lebih dari itu, jika pun akhirnya berhasil, usaha-usaha ini juga akan menyebabkan runtuhnya sistem negara-bangsa serta menyebabkan konflik berbau kekerasan yang akan menimpa sebagian besar wilayah di dunia.

‘’Sejarah menunjukkan, kekacauan karena perang pada akhirnya akan selalu didampingi dengan penghancuran yang luas atas rumah ibadah, hilangnya nyawa manusia, hancurnya akhlak, keluarga, dan harta benda,’’ katanya.

Dalam pandangan Nahdlatul Ulama, cara yang paling tepat dan manjur untuk mewujudkan kemaslahatan umat Islam sedunia (al-ummah al-islamiyyah) adalah dengan memperkuat kesejahteraan dan kemaslahatan seluruh umat manusia, baik muslim atau nonmuslim serta mengakui adanya persaudaraan seluruh manusia, anak cucu adam (ukhuwah basyariyyah).

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berikut piagamnya menurut Gus Mus memanglah tidak sempurna dan harus diakui masih mengandung masalah hingga saat ini. Namun demikian piagam PBB itu dimaksudkan sejak awal sebagai upaya untuk mengakhiri perang yang amat merusak dan praktik-praktik biadab yang mencirikan hubungan internasional sepanjang sejarah manusia.

Karena itu, Piagam PBB dan PBB itu sendiri bisa menjadi dasar yang paling kokoh dan yang tersedia untuk mengembangkan fiqih baru guna menegakkan masa depan peradaban manusia yang damai dan harmonis.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *