Revolusi Akhlak vs Revolusi Mental

Revolusi Akhlak vs Revolusi Mental
Nasmay L. anas
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Selain itu, sekarang perekonomian anak bangsa – khususnya bagi kalangan menengah bawah – semakin terpuruk. Penegakan hukum carut marut. Nyawa orang dibuat terlalu murah. Bahkan oleh aparat yang mestinya jadi pengayom rakyat. Dan banyak persoalan lain yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Yang memperlihatkan bahwa semangat revolusi mental itu ternyata hanya dimaksudkan sebagai alat pencitraan semata.

Dengan begitu, tentu kita rindu akan sikap dan perilaku para pemimpin Islam terdahulu. Yang dengan resiko apa pun tetap memperlihatkan akhlak dan budi pekerti yang tinggi. Kita tidak tahu persis apakah “Revolusi Akhlak ” yang digaungkan Habib Rizieq Shihab (HRS) sepulangnya dari pengungsian di Mekah, Arab Saudi, beberapa tahun lalu adalah jawaban dari situasi yang ada sekarang. Untuk menjadikan kehidupan politik, ekonomi dan sosial budaya anak bangsa berlandaskan akhlaq yang mulia.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Mengapa mesti begitu? Tentu karena kita tahu persis banyak perilaku pejabat yang mesti selalu dikoreksi. Ketika dusta jadi kebiasaan sehari-hari. Tipu muslihat diumbar tanpa malu-malu. Aib dan keburukan orang tak hentinya dicari-cari. Terutama terhadap orang-orang yang jadi lawan politik. Kekuasaan digunakan untuk mengancam dan mengintimidasi. Bujuk rayu dengan tawaran tahta, harta dan wanita tak jarang juga dilakukan. Semua bertolak belakang dengan konsep revolusi mental yang dulu digaungkan.

Padahal di dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Saw. bersabda: “Janganlah kalian berprasangka (dzan), karena sesungguhnya prasangka itu pembicaraan yang paling dusta. Janganlah kalian saling mencari-cari berita atau mendengarkan aib orang. Janganlah kalian mencari-cari keburukan orang. Janganlah kalian saling menipu. Janganlah kalian saling mendengki. Janganlah kalian saling membenci. Janganlah kalian saling memboikot, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Berkaca kepada pesan Rasulullah di atas, apakah anda dapat melihat bahwa semua itu sudah dilanggar? Bukankah semangat revolusi mental yang diagung-agungkan itu tak pernah dijalankan? Tak pernah disentuh. Bagaimana mungkin bisa dievaluasi? (*)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *