Istri Hanan Attaki Mengunggah Foto Kakeknya, Pendiri NU Tuban 

Istri Hanan Attaki Mengunggah Foto Kakeknya
Istri Hanan Attaki Mengunggah Foto Kakeknya
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Haneen Akira mengunggah foto ini tepat setelah NU dan Banser memboikot acara yang diselenggarakan suaminya di Pamekasan karena kesaksiannya dianggap kontroversial.

Tidak hanya mengasuh pesantren, Kiai Chusen juga aktif dalam Nahdlatul Ulama (NU). Beliau tercatat sebagai salah satu pendiri NU Tuban pada tahun 1935 M. Mengutip dari laman NU Online, muncul anekdot singkatan Jenu adalah dari kalimat “Jelas NU”,” urai Haneen dalam laman Instagramnya, Senin (20/2/2023).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Haneen melanjutnya, kakeknya menjadi pengurus di Tuban pada periode awal terbentuknya NU di Kawasan tersebut. Kiai Chusen menjabat sebagai Rais Syuriah, dengan Kiai Umar Faruq sebagai Rais Tanfidziyah.

Ada kisah menarik saat beliau menjadi pengurus NU. Ia hampir tidak pernah absen untuk hadir dalam perhelatan Muktamar NU. Ia bersama Kiai Dimyati, Kaliuntu, sampai rela berboncengan dengan sepeda kayuh ke arena Muktamar,” katanya.

Dituturkan Heenan, Kiai Chusen merupakan putra dari Kiai Hasan, ulama asli Singgahan Tuban yang pernah menempuh studi di Tanah Suci Makkah selama 8 tahun. Sebelumnya, Kiai Hasan menimba ilmu di berbagai masyāyiẖ di Tanah Air. Dari sebuah sumber dikatakan, Mbah Kiai Chusen masih terhitung keturunan Mbah Abdul Jabbar, yang dimakamkan di Nglirip, Mulyoagung, Singgahan.

Apabila benar demikian, maka beliau masih memiliki hubungan kekerabatan dengan pendiri cikal bakal Pesantren Tambakberas, Mbah Abdus Salam (Mbah Sechah), yang juga sebagai leluhur dari Pesantren Tebuireng dan Denanyar,” katanya.

Seperti penjelasan putri Kiai Chusen, pada usia remaja beliau telah diajak oleh Syekh Shodaqoh seorang ulama dan saudagar dari Kota Kudus menuju Haramain. Melihat dari nama pesantren yang kelak didirikannya bernama Tarbiyah al-Huffadz Manba’u Al-Fakhriyyah Al-Hasyimiyyah As-Shaulatiyah, maka boleh jadi beliau sempat belajar di Madrasah yang didirikan pada 1292 H oleh Syekh Rahmatullah ibn al-Khalil al-Hindi ad-Dahlawi, ulama besar kelahiran India yang terhitung nasabnya bersambung kepada sahabat Usman bin Affan RA. Madrasah Shaulatiyah merupakan madrasah berpaham Ahlussunnah wal Jama’ah yang berdiri di dekat Masjidil Haram, Makkah.

Secara historis, madrasah ini menjadi kawah candradimuka ulama nusantara lain seperti Hadratu as-Syekh KH Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdlatul Ulama), Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid (Pendiri Nahdlatul Wathan), Syekh Mustofa Husein Nasution (Pendiri Pondok Pesantren Al-Musthafawiyah, Mandailing Natal, Sumatera Utara), al-Musnid ad-Dunya Syekh Yasin al-Fadani, dan ulama-ulama lainnya,” urai Haneen.

Kyai Chusen setelah menimba ilmu, pulang ke kampung halaman dan kemudian dinikahkan dengan Fatimah binti Romli dari Tambakboyo, Tuban. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai enam orang anak diantaranya, Zawawi, Ruqoyyah, Nafisah, Azizah, Husniyah, dan Hasan Bisri.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *