Humor Gus Dur: Ketika Nama Presiden Salah Menjadi Nama Bandara

Nama Presiden Salah Menjadi Nama Bandara
Gus Dur
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Presiden keempat Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur dikenal sering melontarkan lelucon. Humor ini biasanya mampu membuat orang tertawa sekaligus meredakan ketegangan politik saat itu.

Salah satunya adalah cuplikan humor atau anekdot Gus Dur yang diambil dari situs NU Online dan buku Kumpulan Humor Gus Dur.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Alkisah, saat berkunjung ke Malang, Presiden Gus Dur bersama rombongan berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma. Gus Dur siap disambut oleh beberapa pasukan Banser di bandara tujuan.

Mereka pun berkoordinasi satu sama lain dengan menggunakan handy talky (HT). Ketika rombongan mulai mendekati bandara Abdurrahman Saleh, Malang, seorang komandan Banser meminta laporan kepada salah satu petugas di lapangan melalui HT.

“Halo, halo, roger, mohon laporannya segera, ganti!, ujarnya.

“Roger! Lapor komandan, rombongan Presiden Abdurrahman Saleh mulai mendarat di Bandara Abdurrahman Wahid!” katanya agak gugup.

Kisah lain terjadi saat Gus Dur usai menghadiri Forum Konsolidasi Pemenangan Pilkada Langsung dan Pemilu 2009 di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Semarang. Usai menghadiri acara itu, Gus Dur didesak wartawan agar memberikan komentar terkait kemelut PKB pasca Muktamar II.

“Bagaimana Gus tanggapannya?” desak wartawan.

Namun, Gus Dur yang sudah hapal kelakuan pers menjawab,

“Sudah tidak perlu saya tanggapi. Kalau saya ngomong, sama saja dengan menanggapi,” Gus Dur dengan lihai berkelit.

Namun wartawan tak pernah patah semangat. Mereka terus mendekati Gus Dur yang juga merangkap sebagai Ketua Dewan Syura PKB ini.

“Ayo Gus tanggapannya?”desak mereka.

Gus Dur menyerah dan akhirnya menjawab pertanyaan itu.

“Memangnya ini tanggapan (pertunjukan). Tanggapan itu ludruk atau wayang,” kata Gus Dur santai. Wartawan pun kecele.

Humor lain juga dikisahkan saat pejabat Indonesia dinilai narsis dan riya.

“Pejabat Indonesia ini narsis dan riya’ (memperlihatkan ibadahnya kepada umum),” kata Gus Dur suatu ketika.

Dia lalu mengisahkan seorang istri pejabat Indonesia yang dijamu makan malam dalam sebuah kunjungan ke luar negeri.

Gus Dur menceritakan si nyonya pejabat ditawarkan makanan pembuka oleh seorang pramusaji.

“You like salad, madame?,” tanya si pramusaji itu.

Oh sure, I like Salat five time a day. Shubuh, dzuhur, asyar, maghrib and isya,” jawab si Nyonya percaya diri.

Sontak saja cerita Gus Dur ini membuat orang tertawa terbahak-bahak.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *